INDUSTRY 5.0 DAN SOCIETY 5.0

Abstrak : Pada pembahasan ini menjelaskan tentang hubungan antara dua konsep yang saling terkait yaitu Indutry 5.0 dan Society 5.0 yang berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih maju secara teknologi. Kota pintar, layanan kesehatan berbasis kecerdasan buatan, dan e-pemerintahan merupakan bagian dari Society 5.0, sedangkan Indutry 5.0 mencakup teknologi seperti kecerdasan buatan, Internet of Things, dan komputasi kognitif. Contoh penerapannya mencakup pelatihan virtual, pertanian presisi, dan pabrik pintar yang menggunakan cobot. Kedua gagasan ini menunjukkan betapa pentingnya manusia dan teknologi bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk melakukan hal ini, berbagai pemangku kepentingan perlu bekerja sama dan mempertimbangkan masalah etika dan keselamatan. Indutry 5.0 berfungsi sebagai penggerak teknologi, dan Society 5.0 adalah tujuan akhir untuk membangun masyarakat yang lebih sejahtera.

Kata Kunci : Indutry 5.0 dan Society 5.0, Teknologi, Masyarakat.


Pengertian Indutry 5.0 dan Society 5.0
Indutry 5.0 merupakan Sebuah konsep yang mengedepankan integrasi antara manusia dan mesin dengan fokus pada kolaborasi yang lebih harmonis menuju sistem manufaktur yang berpusat pada manusia, berkelanjutan, dan berketahanan. Tujuan utama dari Industri 5.0 adalah untuk menggabungkan keahlian manusia dengan teknologi canggih guna mencapai hasil yang optimal dan menciptakan sinergi yang baik antara manusia dan mesin untuk menghasilkan produksi yang lebih
efektif, efisien, adaptif serta ramah lingkungan. Sedangkan Society 5.0 adalah sebuah visi masyarakat masa depan yang dimana berpedoman
pada ilmu pengetahuan dan inovasi serta kemajuan teknologi, yang bertujuan untuk menciptakan sistem yang berpusat pada manusia dan berkelanjutan. Societyi 5.0 juga dapat dikatakan dimana menggunakan
teknologi tinggi untuk menghasilkan masyarakat yang lebih adil, sehat, dan sejahtera dengan manusia sebagai pusat dari perubahan tersebut

Ruang Lingkup
Baik Industry 5.0 dan Society 5.0 memiliki masing-masing ruang lingkup yang berusaha untuk menciptakan dunia yang lebih efektif, efisien, inklusif serta berkelanjutan. Namun, jika ingin dikupas masing-masing berikut adalah penjelasannya :

  1. Ruang Lingkup Industry 5.0
    a. Kolaborasi Manusia dengan Teknologi :
    Manusia menggunakan teknologi seperti robot untuk berkolaborasi atau bekerja sama guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
    b. Personalisasi dan Kustomisasi :
    Menyesuaikan produksi dengan kebutuhan individual sehingga memungkinkan menghasilkan produksi massal yang dipersonalisasi.
    c. Sustainability (Keberlanjutan) :
    Merupakan penerapan praktik ramah lingkungan dan teknologi go green untuk mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan.
    d. Integrasi Teknologi Berkelanjutan :
    Pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, Blockchain untuk meningkatkan proses produksi dan pengambilan keputusan.
    e. Pengembangan Keterampilan :
    Peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan-pelatihan dan Pendidikan berkelanjutan untuk menghadapi teknologi baru.
  1. Ruang Lingkup Society 5.0
    a. Pemecahan Masalah Sosial :
    Menggunakan kemajuan teknologi untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan sosial seperti penuaan populasi, perubahan iklim dan ketimpangan sosial.
    b. Kesejahteraan dan Kesehatan :
    Meningkatkan layanan kesehatan dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti penggunaan peralatan-peralatan kesehatan yang menggunakan teknolgi AI.
    c. Infrastruktur Cerdas :
    Mengembangkan infrastruktur untuk meningkatan efisiensi dan keamanan yang lebih baik, seperti smart cities, transportasi otonom, dan energi yang terbarukan.
    d. Ekonomi Digital :
    Memfasilitasi ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan melalui digitalisasi dan inovasi.
    e. Pendidikan dan Pembelajaran yang Berkelanjutan :
    Menggunakan teknologi sebagai dasar pembelajaran dan Pendidikan guna meningkatkan dan memperbaiki sisstem Pendidikan.
    f. Keamanan dan Privasi :
    Menjamin bahwa penggunaan teknologi canggih dapat digunakan untuk menjaga – keamanan data dan privasi masing-masing orang.

Penerapan Industry 5.0 dan Society 5.0
Terdapat beberapa contoh penerapan dari Industry 5.0 dan Society 5.0. Berikut penjelasannya :

  • Cloud Hosting
  • Game Developer
  • Digital Marketing
  • Software House
  • Sistem Internet of Things (IoT)
  • Kecerdasan Buatan (AI)
  • Teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR)
    Sedangkan contoh penerapan dari Society 5.0 adalah sebagai berikut :
  • Layanan Kesehatan Pintar
  • Proses Belanja Online
  • Layanan Transportasi Online
  • Sistem Keamanan Berbasis AI
  • Layanan Belajar Online

Dari beberapa contoh yang disebutkan diatas merupakan bentuk contoh nyata dari penerapan kedua konsep tersebut yang dimana ini menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan kualitas hidup manusia kedepannya.

Kesimpulan
Dengan tujuan untuk mencapai masa depan yang lebih baik, Industry 5.0 dan Society 5.0 bekerja sama untuk mendorong kemajuan teknologi, dan Society 5.0 memiliki tujuan akhir untuk membangun masyarakat yang lebih sejahtera. Kedua gagasan ini menekankan pentingnya kolaborasi antara manusia dan teknologi serta pemanfaatan teknologi modern untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Guna melakukan hal
ini diperlukan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan di pemerintahan, industri, ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Masalah keselamatan dan moral juga harus diperhatikan ketika
menggunakan teknologi canggih ini.

Human-Cyber-Physical Systems (HCPS)
Merupakan sebuah konsep yang menggambarkan tentang bagaimana manusia sebagai faktor yang paling kreatif, fleksibel, dan aktif dari system (industri atau masyarakat) harus bisa terlibat erat dalam suatu lingkaran interaksi cyber-physical dan sebagai pengambil proses keputusan yang
mengarahkannya ke system manusia cyber-physical.
Konsep ini juga mengacu pada system dimana manusia dapat berinteraksi langsung dengan teknologi digital dan perangkat fisik dalam cara yang sinergis dan harmonis.
Contoh penerapannya adalah Pabrik Pintar, Sistem Transportasi Pintar, Layanan Kesehatan Pintar, dan Kota Pintar.

Human Digital Twin (HDT)
Adalah sebuah model virtual dari aset fisik sebuah mesin, yakni sebuah model komputer. Human Digital Twin merupakan teknologi pendukung utama pada Human-Cyber-Physical Systems. Teknologi ini memungkinkan pengumpulan dan analisis data secara real-time dari berbagai sumber,
seperti sensor yang dipakai di tubuh, perangkat medis, dan data kesehatan lainnya. Human Digital Twin dapat diaplikasikan pada beberapa hal berikut seperti :
a. Kesehatan dan Medis
b. Pengembangan Produk
c. Kebugaran dan Gaya Hidup
d. Keamanan dan Lingkungan Kerja

Greentelligent Manufacturing (GIM)
Sebuah konsep manufaktur yang menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kecerdasan teknologi untuk menciptakan proses produksi yang lebih ramah lingkungan dan efisien. Greentelligent
merupakan gabungan dari kata ‘Green’ yang berarti ramah lingkungan dan ‘intelligent’ yang berarti kecerdasan. Contoh dari penerapan Greentelligent Manufacturing adalah seperti berikut :
a. Teknologi IoT dan AI pada industri otomotif
b. Konsep Smart Factory pada industri elektronik dan lainnya
c. Sistem Manajemen Air Pintar

Human-Robot Collaboration (HRC)
Adalah konsep dimana manusia dan robot bekerja sama dalam lingkungan yang sama. Manusia dan robot saling berbagi tugas dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang sama. Konsep ini juga merupakan sebuah proses untuk menggabungkan dan melengkapi kecerdasan manusia dan kecerasan mesin untuk memunculkan kemampuan inovasi tanpa henti. Contoh dari penerapan Human-Robot Collaboration adalah :
a. Manufaktur otomotif : Pemasangan komponen-komponen mobil/motor
b. Elektronik dan Teknologi : Perakitan komponen-komponen kecil
c. Industri Logistik : Penyortiran dan Pengangkutan Barang
d. Kesehatan : Melakukan Pembedahan Robotik
e. Pertanian : Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Read More

GREEN MANUFACTURING

Abstrak : Menanggapi tantangan lingkungan global, Green Manufacturing (GM) adalah sebuah konsep industri yang bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sepanjang siklus hidup produk, mulai dari desain hingga pembuangan limbah. Pendekatan dengan 6R (Redesign, Reduce, Remanufacture, Reuse, Recovery, Recycle) merupakan dasar atau cara penerapan dari Green Manufacturing dan mencakup desain ramah lingkungan serta pengurangan zat berbahaya. Terlepas dari potensi keuntungannya, Green Manufacturing menghadapi masalah seperti memerlukan biaya investasi yang tinggi, risiko teknologi, dan masalah manajemen. Peraturan pemerintah, tekanan dari konsumen, efisiensi biaya, dan kelangkaan sumber daya adalah beberapa alasan yang mendorong adopsi tanaman hasil rekayasa genetika. Penerapan Green Manufacturing memerlukan pendekatan holistik yang mencakup kolaborasi dengan pemangku kepentingan dan operasional di seluruh perusahaan. Meskipun terdapat kendala, khususnya di negara-negara berkembang, manfaat jangka panjang Green Manufacturing mendorong adopsi yang lebih luas. Pemerintah, industri, ilmu pengetahuan dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tantangan ini.
Kata Kunci : Green Manufacturing, Lingkungan, Faktor 6R, Penerapan


Pengertian Green Manufacturing
Green Manufacturing adalah suatu metode dalam industri atau manufaktur untuk meminimalisir adanya limbah serta polusi yang dihasilkan oleh proses industri. Green Manufacturing berfokus pada bagaimana proses produksi yang dapat menghasilkan output yang ramah lingkungan. Dalam Penerapannya, Green Manufacturing mencakup beberapa aktivitas utama seperti pencegahan polusi, pengurangan penggunaan zat berbahaya, dan perancangan lingkungan. Pencegahan polusi melibatkan identifikasi dan evaluasi sumber polusi dalam proses produksi dan penerapan teknologi bersih untuk mengurangi emisi pada sumbernya. Mengurangi penggunaan zat beracun memerlukan inventarisasi, meneliti alternatif yang lebih aman, dan mengubah proses produksi. Manfaat dari Green Manufacturing seperti mengurangi kerusakan lingkungan, meningkatkan efisiensi energi, melakukan penghematan biaya produksi, meningkatkan reputasi di kalangan konsumen/klien serta bentuk kepatuhan terhadap aturan pemerintah tentang lingkungan hidup.


Faktor-Faktor Green Manufacturing
Dalam penerapannya, terdapat beberapa faktor yang terlibat seperti Redesign, Remanufacture, Reuse, Recover, dan Recycle. Berikut merupakan masing-masing penjelasanya :

  1. Redesign (Desain Ulang)
    Membuat produk dengan menggunakan bahan yang berkelanjutan dengan tujuan/focus meminimalkan limbah.
  2. Reduce (Pengurangan)
    Mengurangi konsumsi atau penggunaan dari energy yang digunakan dalam proses produksi dengan tujuan mengurangi limbah dan penggunaan sumber daya secara keseluruhan.
  3. Remanufacturing (Manufaktur Ulang)
    Proses perubahan produk yang sebelumnya sudah terpakai menjadi kondisi seperti awal baru. Bisa dengan cara dibongkar, dibersihkan, diperbaiki, atau bahkan dimodifikasi.
  4. Reuse (Penggunaan Ulang)
    Menggunakan kembali produk dan bahan yang sudah pernah dipakai sebelumnya.
  5. Recover (Pemulihan)
    Memulihkan sumber daya atau energy yang berguna dari bahan-bahan yang sudah pernah terpakai seperti limbah.
  6. Recycle (Daur Ulang)
    Merubah bahan limbah menjadi sebuah produk baru yang dapat digunakan guna mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru dan mengurangi adanya limbah.

Tantangan dan Hambatan Green Manufacturing
Dalam implementasinya, Green Manufacturing tentunya mengalami beberapa tantangan dan hambatan seperti berikut :

  1. Kebutuhan teknologi dan penelitian yang belum sepenuhnya memadai.
  2. Memerlukan biaya yang tinggi dalam penerapannya
  3. Terhalang oleh regulasi dan peraturan dari pemerintah
  4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat dan sekitar
  5. Tidak tercukupinya bahan baku yang ramah lingkungan dikarenakan langka dan mahal.

Tentunya hambatan-hambatan ini tidak seharusnya membuat kita mundur atau menyerah dalam menerapkan konsep Green Manufacturing. Penerapan manufaktur ramah lingkungan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sistematis yang mencakup seluruh aspek operasi bisnis. Hal ini termasuk membangun sistem manajemen lingkungan yang komprehensif dan mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam strategi bisnis jangka panjang. Hal ini termasuk melakukan penilaian siklus hidup
setiap produk dan terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Untuk membangun rantai nilai yang lebih berkelanjutan, perusahaan harus berkolaborasi dengan berbagai pemegang kepentingan, mengembangkan metrik yang tepat untuk menilai kemajuan inisiatif Green Manufacturing, dan melibatkan karyawan di semua tingkatan. Untuk mencapai hal ini, pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang
mendukung penerapan Green Manufacturing.

Read More

Makalah KONSEP GREEN MANUFACTURING

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Ujian Akhir Semester yang berjudul “ Konsep Green Manufacturing“.Tujuan penyusunan ujian akhir semester ini adalah merupakan salah satu syarat akademis yang wajib di penuhi dalam kuliah Teknik Industri Universitas Esa Unggul Bekasi.Pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan Makalah Ujian akhir semester ini, terutama kepada :
1. Cicilia Sriliasta Bangun, ST, MT selaku Dosen Perkuliahan Pemodelan SistemFakultas Teknik Universitas Esa Unggul.
2. Ibu Kushamidah selaku orangtua penulis yang selalu memberikan dukungan dariawal perkuliahan sampai dengan menyelesaikan makalah ujian akhir semester ini.
3. Teman-teman Teknik Industri Angkatan 2024 Universitas Esa Unggul.Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam Makalah Ujian Akhir ini. Penulis berharap semoga Makalah Ujian Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Universitas Esa Unggul. Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kekeliruan di dalam tulisan ini.

Bekasi, 3 Agustus 2024

Penulis

Novi Ramawati 20210201158

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global atau Global Warming yang menyebabkan perubahan suhu ratarata menjadi topik yang sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat begitupun polusi udara yang semakin mengkhawatirkan. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan kesadaran akan masalah lingkungan dan perubahan iklim telah mempengaruhi berbagai sektor industri, termasuk manufaktur. Industri manufaktur menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Green manufacturing atau manufaktur hijau muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan ini. Konsep ini menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam proses produksi untuk mengurangi emisi, limbah, dan penggunaan sumber daya. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi dalam jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan green manufacturing?
2. Apa saja faktor-faktor green manufacturing 6R (Redesign, Reduce, Remanufacturing,Reuse, Recover, Recycle)?
3. Bagaimana implementasi green manufacturing dalam industri manufaktur?
4. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapan green manufacturing?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep green manufacturing.
2. Mengidentifikasi manfaat utama dari penerapan green manufacturing.
3. Menganalisis tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi green manufacturing.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Green Manufacturing dan mendorong penerapan praktik ramah lingkungan dalam industri manufaktur. Selain itu, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain dan praktisi industri dalam mengembangkan strategi keberlanjutan.

1.5 Ruang Lingkup

Makalah ini akan membahas konsep green manufacturing, manfaat, dan tantangan dalam implementasinya, serta menganalisis beberapa studi kasus yang relevan. Fokus utama akan diberikan pada industri manufaktur yang telah mengadopsi pendekatan Green Manufacturing di berbagai sektor.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Manufacturing

Manufaktur merupakan salah satu elemen penting dari pembangunan berkelanjutan karena memproduksi barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Manufaktur adalah sistem input-output, di mana sumber daya adalah input dan ditransformasikan melalui proses manufaktur menjadi produk atau produk setengah jadi (Sangwan dan Mittal, 2015).

Konsep green meliputi proses pembuatan produk dengan penggunaan material minimal dan proses yang meminimasi dampak negatif terhadap lingkungan, hemat energi dan sumber daya alam, aman bagi karyawan, masyarakat, dan konsumen, dengan tetap bernilai ekonomis (Dornfeld, 2013; Rehman dkk., 2013). Istilah green juga dapat digunakan untuk menunjukkan atau mengacu pada rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak dari sebuah proses atau sistem manufaktur terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan kondisi awal, seperti pengurangan limbah berbahaya yang dihasilkan, mengurangi penggunaan pendingin (coolant) pada proses permesinan, atau mengubah campuran energi yang digunakan sehingga memungkinkan untuk penggunaan sumber energi terbarukan (Dornfeld, 2013).

Green manufacturing adalah pendekatan produksi yang menggabungkan prinsipprinsip keberlanjutan dengan tujuan utama mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, namun tidak hanya menargetkan perlindungan lingkungan tetapi juga berfokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya produksi dalam jangka panjang.

Green Manufacturing lebih cenderung merupakan sebuah filosofi dibanding standar atau proses (Maruthi dan Rashmi R, 2015). Filosofi atau program Green Manufacturing tidak akan terlaksana dengan maksimal tentunya tanpa kesadaran dan kerja sama dengan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dan industri juga memainkan peran penting dalam mendukung green manufacturing melalui program dan inisiatif.

Program PROPER sebagai salah satu contoh dukungan pemerintah yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia untuk menilai kinerja lingkungan perusahaan. Insentif dan subsidi pemerintah, serta inisiatif industri hijau, juga mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik-praktik green manufacturing.

Dalam manufactur juga sering kali terkait erat dengan standar dan sertifikasi internasional seperti ISO 14001 yang merupakan salah satu bentuk kerja sama industri untuk menerapkan Green Manufacturing. ISO 14001 adalah standar untuk sistem manajemen lingkungan yang membantu organisasi meningkatkan kinerja lingkungan mereka melalui penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan pengurangan limbah. Implementasi ISO 14001 dalam green manufacturing melibatkan penilaian dampak lingkungan, pengembangan kebijakan lingkungan, penetapan tujuan dan target lingkungan, penerapan program pengelolaan lingkungan, pemantauan dan pengukuran, audit internal, dan tinjauan manajemen.

Studi kasus dari berbagai industri menunjukkan keberhasilan penerapan green manufacturing, Seperti :
1. Toyota, mengimplementasikan prinsip green manufacturing melalui Toyota Production System (TPS) yang fokus pada pengurangan limbah dan efisiensi energi.
2. Apple berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan dan mendesain produk dengan bahan yang dapat didaur ulang.
3. Nestlé mengurangi penggunaan air, energi, dan emisi karbon dalam proses produksinya serta fokus pada pengelolaan limbah dan daur ulang bahan baku.

Dengan adanya standar ISO, lembaga audit, dan dukungan dari pemerintah serta industri, perusahaan dapat lebih mudah menerapkan green manufacturing dan mencapai tujuan keberlanjutan. Integrasi ini membantu meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi dampak lingkungan, dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dalam jangka panjang.

2.2 Faktor-faktor Green Manufacturing

Konsep green manufacturing didasarkan pada enam faktor utama yang dikenal sebagai 6R: Redesign, Reduce, Re-manufacturing, Reuse, Recover, dan Recycle. Setiap faktor memiliki peran penting dalam menciptakan sistem produksi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Berikut pengertiannya :


1. Redesign
Redesign atau perancangan ulang adalah proses mendesain kembali produk atau proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan. Ini melibatkan penggunaan bahan yang lebih ramah lingkungan, peningkatan efisiensi energi, dan meminimalkan limbah.
Contoh nya:
– Desain Produk: Mengubah desain produk elektronik sehingga lebih mudahdibongkar dan didaur ulang.
– Proses Produksi: Menggunakan software simulasi untuk merancang prosesmanufaktur yang lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit limbah.


2. Reduce
Reduce atau pengurangan adalah usaha untuk mengurangi penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya. Ini dapat dicapai melalui proses produksi yang lebih efisien dan pengurangan limbah.
Contoh nya :
– Penggunaan Bahan Baku: Menggunakan bahan baku yang lebih sedikit dengankualitas yang sama atau lebih baik.
– Efisiensi Energi: Mengadopsi teknologi yang lebih efisien dalam penggunaanenergi, seperti mesin hemat energi.


3. Re-manufacturing
Re-manufacturing atau remanufaktur adalah proses memperbarui atau memperbaiki produk yang sudah digunakan sehingga dapat digunakan kembali dengan performa yang setara atau mendekati produk baru.
Contoh nya :
– Otomotif: Remanufaktur komponen kendaraan seperti mesin, transmisi, dan komponen lainnya untuk memperpanjang umur pakai kendaraan.
– Elektronik: Perbaikan dan pembaruan perangkat elektronik seperti komputer dan printer agar dapat digunakan kembali.


4. Reuse
Reuse atau penggunaan kembali adalah upaya menggunakan kembali produk atau komponen yang masih layak pakai tanpa harus melalui proses daur ulang yang kompleks.
Contoh nya :
– Kontainer dan Kemasan: Menggunakan kembali kontainer atau kemasan produkuntuk keperluan lain setelah penggunaan pertama.
– Pallet Kayu: Menggunakan kembali pallet kayu untuk transportasi barang diGudang


5. Recover
Recover atau pemulihan adalah proses mengambil kembali bahan atau energi dari produk yang sudah tidak terpakai atau limbah untuk digunakan kembali.
Contoh nya :
– Energi: Pemulihan energi dari proses pembakaran limbah untuk digunakansebagai sumber energi.
– Material: Pemulihan logam dari komponen elektronik yang sudah tidak terpakai.


6. Recycle
Recycle atau daur ulang adalah proses mengubah limbah menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali dalam proses produksi. Membantu mengurangi jumlah limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
Contoh nya :
– Plastik: Mendaur ulang botol plastik menjadi bahan baku untuk produk plastiklainnya.
– Kertas: Mendaur ulang kertas bekas menjadi kertas baru.Tentunya dengan mengimplementasi 6R dalam green manufacturing tidak hanya membantu mengurangi dampak lingkungan tetapi juga dapat memberikan keuntungan ekonomi dengan mengurangi biaya bahan baku, energi, dan pengelolaan limbah.

2.3 Implementasi Green Manufacturing dalam Industri ManufakturImplementasi Green Manufacturing dalam industri manufaktur mencakup berbagai strategi dan praktik yang dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan sambil tetap menjaga atau meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang tentunya juga menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dalam jangka panjang.

Berikut adalah beberapa contoh implementasi Green Manufacturing dalam industri:

1. Pemilihan Bahan Baku Ramah Lingkungan Pemilihan bahan baku yang memiliki dampak lingkungan lebih rendah adalah langkah awal dalam implementasi green manufacturing.
Contohnya :
– Bahan Daur Ulang: Menggunakan bahan baku yang berasal dari proses daur ulang, seperti aluminium daur ulang atau plastik daur ulang.
– Bahan Organik: Memilih bahan baku organik yang biodegradable dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

2. Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan Mengadopsi teknologi dan praktik yang meningkatkan efisiensi energi serta memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Contohnya :
– Pencahayaan LED: Mengganti lampu konvensional dengan lampu LED yang lebih hemat energi.
– Panel Surya: Memasang panel surya di atap pabrik untuk menghasilkan listrik dari energi matahari.

3. Optimalisasi Proses Produksi Meningkatkan efisiensi proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi, air, dan bahan baku serta meminimalkan limbah.
Contohnya :
– Lean Manufacturing: Mengadopsi prinsip lean manufacturing untuk mengurangi pemborosan dalam proses produksi.
– Teknologi Otomasi: Menggunakan sistem otomasi untuk meningkatkan presisi dan efisiensi produksi.

4. Pengelolaan Limbah Mengimplementasikan sistem pengelolaan limbah yang efektif untuk meminimalkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Contohnya :
– Pemilahan Limbah: Memilah limbah berdasarkan jenisnya untuk memudahkan proses daur ulang.
– Kombustor Limbah: Menggunakan teknologi pembakaran limbah untuk mengubah limbah menjadi energi.

5. Desain Produk yang Ramah Lingkungan Mengembangkan produk dengan mempertimbangkan dampak lingkungan sepanjang siklus hidupnya.
Contohnya :
– Desain Modular : Mengembangkan produk dengan desain modular yang memudahkan perbaikan dan peningkatan.
– Bahan Non-Toksik : Menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produk.

6. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Karyawan Melibatkan karyawan dalam inisiatif green manufacturing melalui program pelatihan dan peningkatan kesadaran lingkungan.
Contohnya :
– Pelatihan Green Practices: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik ramah lingkungan di tempat kerja.
– Kampanye Kesadaran: Mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya green manufacturing.

7. Penggunaan Teknologi Informasi untuk Monitoring dan Pengendalian Menggunakan teknologi informasi untuk memantau dan mengendalikan konsumsi energi, penggunaan bahan baku, dan pengelolaan limbah. Contohnya :
– Sistem SCADA: Menggunakan sistem Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) untuk memantau dan mengendalikan proses produksi secara real-time.
– Internet of Things (IoT): Mengintegrasikan IoT untuk pengumpulan data dan analisis yang lebih efisien dalam mengelola sumber daya.

2.4 Tantangan dan Hambatan dalam Penerapan Green ManufacturingMeskipun green manufacturing menawarkan banyak manfaat, ada sejumlah tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapannya :

1. Biaya Awal yang Tinggi :Implementasi Green Manufacturing dan efisien energi sering kali membutuhkan investasi awal yang besar, yang dapat menjadi penghalang bagi perusahaan, terutama UKM.

2. Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan :Banyak perusahaan belum menyadari manfaat green manufacturing atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menerapkannya secara efektif.

3. Perubahan Proses dan Desain:Mengadopsi green manufacturing sering kali memerlukan perubahan signifikan dalam proses produksi dan desain produk, yang dapat menghadapi resistensi dari pekerja dan manajemen.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Green manufacturing merupakan pendekatan yang menggabungkan prinsip keberlanjutan dalam proses produksi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya produksi dalam jangka panjang. Konsep ini berfokus pada enam faktor utama yang dikenal sebagai 6R: Redesign, Reduce, Re-manufacturing, Reuse, Recover, dan Recycle.

Implementasi green manufacturing dalam industri manufaktur melibatkan berbagai strategi, seperti pemilihan bahan baku ramah lingkungan, efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, optimalisasi proses produksi, pengelolaan limbah, desain produk yang ramah lingkungan, serta peningkatan kesadaran dan pelatihan karyawan. Beberapa perusahaan seperti Toyota, Apple, dan Nestlé telah berhasil menerapkan prinsip-prinsip ini dan menunjukkan manfaat nyata bagi lingkungan dan bisnis mereka.

Namun, penerapan green manufacturing tidaklah mudah. Tantangan utama yang dihadapi antara lain adalah biaya awal yang tinggi, kurangnya kesadaran dan pengetahuan, serta resistensi terhadap perubahan proses dan desain. Meskipun demikian, dengan dukungan dari pemerintah, industri, dan lembaga sertifikasi internasional seperti ISO 14001, perusahaan dapat mengatasi hambatan ini dan mencapai tujuan keberlanjutan.

3.2 Saran

1. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi:
Penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan serta manajemen mengenai manfaat dan pentingnya green manufacturing melalui program pelatihan dan edukasi.

2. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Internasional:
Perusahaan perlu menjalin kerja sama dengan pemerintah dan lembaga internasional untuk mendapatkan dukungan berupa insentif, subsidi, dan panduan implementasi green manufacturing.

3. Investasi dalam Teknologi Ramah Lingkungan:
Perusahaan harus mempertimbangkan investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mencapai keberlanjutan dan efisiensi biaya.

4. Pengembangan Produk Ramah Lingkungan:
Desain produk harus memperhitungkan seluruh siklus hidup produk, dari bahan baku hingga akhir masa pakai, dengan fokus pada penggunaan bahan yang dapat didaur ulang dan mengurangi limbah.

5. Penerapan Prinsip 6R:

Perusahaan harus mengadopsi prinsip 6R (Redesign, Reduce, Remanufacturing, Reuse, Recover, Recycle) secara komprehensif untuk
mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. F., & Akbar, F. (2020). “Implementasi Green Manufacturing pada Industri Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Teknik Industri, 21(2), 105-112.

Harahap, R., & Suryani, T. (2019). “Pengaruh Green Manufacturing terhadap Kinerja Lingkungan dan Ekonomi Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Manajemen dan Bisnis, 18(1), 45-56.

Prasetyo, E. A., & Widjaja, A. (2021). “Studi Implementasi ISO 14001 pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Teknik Lingkungan, 15(3), 123-130.

Saputra, R. A., & Kurniawan, A. (2020). “Strategi Pengelolaan Limbah Industri dalam Kerangka Green Manufacturing.” Jurnal Teknologi dan Industri, 22(4), 255-262.

Wahyudi, S., & Susilo, D. (2018). “Pengembangan Produk Ramah Lingkungan di Industri Manufaktur: Studi Kasus pada PT XYZ.” Jurnal Rekayasa Proses, 14(2), 98-104.

Yuliani, E. S., & Nugroho, H. (2019). “Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan dalam Green Manufacturing di Indonesia.” Jurnal Energi Terbarukan, 12(1), 67-75.

Read More

Hubungan Industrial 5.0 dan Society 5.0

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Revolusi industri telah mengalami banyak tahapan perkembangan, mulai dari Revolusi Industri 1.0 yang ditandai dengan penggunaan mesin-mesin yang menggunakan tenaga air dan uap, hingga kini memasuki tahap Industri 5.0. Setiap fase membawa perubahan signifikan dalam cara manusia bekerja dan berinteraksi dengan teknologi. Industri 5.0 menekankan interaksi antara manusia dan mesin cerdas untuk
mencapai efisiensi dan personalisasi dalam produksi. Teknologi yang terlibat termasuk robot interaktif (cobot), kecerdasan buatan (AI), dan Internet of Things (IoT).
Di sisi lain, Society 5.0 merupakan konsep sosial masa depan yang dihadirkan oleh pemerintah Jepang. Society 5.0 mengintegrasikan teknologi digital untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Teknologi ini digunakan untuk mengatasi tantangan sosial seperti penuaan populasi, perubahan iklim, dan urbanisasi. Hubungan Industri 5.0 dan Society 5.0 sangat erat karena sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui teknologi.
1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana pengertian dan ruang lingkup Industrial 5.0 dan Society 5.0?
  2. Apa saja contoh implementasi dari Industrial 5.0 dan Society 5.0?
  3. Teknologi apa saja yang mendukung kedua konsep tersebut?
  4. Bagaimana dampak dari Industrial 5.0 dan Society 5.0 terhadap pekerjaan dan
    masyarakat?
  5. Apa saja studi kasus yang menunjukkan penerapan kedua konsep tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

  1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup Industrial 5.0 dan Society 5.0.
  2. Menyajikan contoh implementasi dari Industrial 5.0 dan Society 5.0.
  3. Mengidentifikasi teknologi yang mendukung Industrial 5.0 dan Society 5.0.
  4. Menganalisis dampak dari Industrial 5.0 dan Society 5.0 terhadap pekerjaan
    dan masyarakat.
  5. Menyajikan studi kasus terkait penerapan Industrial 5.0 dan Society 5.0.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Industri 5.0 & Society 5.0

Industri 5.0 mengacu pada sektor pengembangan industri yang menekankan kolaborasi antara manusia dan mesin cerdas untuk meningkatkan efisiensi, kreativitas, dan penyesuaian produksi. Teknologi seperti cobot, AI, dan IoT digunakan untuk mendukung manusia dalam proses manufaktur dan layanan. Industri 5.0 bertujuan untuk mengatasi keterbatasan revolusi industri sebelumnya dengan menggunakan
kemampuan unik manusia dalam pengambilan keputusan dan kreativitas, serta keunggulan mesin dalam analisis dan pemrosesan data.
Society 5.0 merupakan konsep sosial yang berpusat pada manusia yang
memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkelanjutan. Society 5.0 menggabungkan dunia fisik dan virtual untuk mengatasi tantangan sosial seperti penuaan populasi, perubahan iklim, dan urbanisasi.
Kebijakan ini diprakarsai oleh pemerintah Jepang sebagai gagasan untuk menciptakan masyarakat di mana teknologi canggih digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan, menciptakan keseimbangan antara kemajuan ekonomi
dan solusi terhadap permasalahan sosial.
2.2 Ruang Lingkup Industrial 5.0

  1. Kolaborasi Manusia-Mesin
    Fokus pada kerja sama dan kolaborasi antara pekerja manusia dan mesin cerdas. Tujuannya adalah untuk menggabungkan keunggulan manusia dalam kreativitas dan pengambilan keputusan dengan kemampuan mesin dalam analisis dan akurasi data. Contoh teknologi yang digunakan antara lain robot yang bekerja bersama manusia di lini produksi, dan AI yang membantu dalam desain dan pengambilan keputusan..
  2. Personalisasi Produksi, Menggunakan teknologi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan individu. Ini mencakup produksi massal yang mudah dan cepat. Dengan menggunakan teknologi seperti pencetakan 3D dan manufaktur aditif, perusahaan dapat memproduksi barang sesuai pesanan dengan lebih efisien dibandingkan metode manufaktur tradisional.
  3. Keberlanjutan, Penerapan praktik ramah lingkungan dalam proses produksi, sepertipengurangan polusi dan penggunaan energi terbarukan. Industri 5.0 mendorong penggunaan bahan mentah yang lebih efisien, daur ulang bahan, dan pengurangan jejak karbon melalui teknologi pintar yang dapat memantau dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

2.3 Ruang Lingkup Society 5.0

  1. Integrasi Dunia Fisik dan Digital:
    Menggunakan teknologi seperti IoT, big data, dan AI untuk menciptakan solusi yang menghubungkan dunia virtual dan digital. Misalnya kota pintar meningkatkan penggunaan sumber daya melalui sensor dan analisis data. Di kota pintar, infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan gedung dilengkapi dengan sensor yang mengumpulkan data secara real time untuk meningkatkan operasional dan
    merespons perubahan kondisi.
  1. Kesejahteraan Sosial:
    Menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, seperti layanan kesehatan digital, pembelajaran jarak jauh, dan transportasi pintar.
    Teknologi ini memungkinkan akses yang lebih luas dan mudah terhadap layananlayanan penting, mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, serta meningkatkan inklusi sosial.
  2. Keberlanjutan:
    Menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, seperti layanan kesehatan digital, pembelajaran jarak jauh, dan transportasi pintar.
    Teknologi ini memungkinkan akses yang lebih luas dan mudah terhadap layananlayanan penting, mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, serta meningkatkan inklusi sosial

2.4 Contoh Implementasi Industrial 5.0

  1. Pabrik Pintar:
    Pabrik menggunakan cobots untuk bekerja bersama pekerja manusia,
    sehingga meningkatkan produktivitas dan fleksibilitas. Contoh: industri otomotif menggunakan robot untuk melakukan tugas yang berulang sementara pekerja fokus pada tugas yang kompleks dan kreatif. Dalam industri otomotif, cobots dapat membantu pemasangan suku cadang mobil dengan sempurna, sementara pekerja
    manusia menangani masalah kualitas dan memproses material baru.
    Cobots, singkatan dari “collaborative robots” atau robot kolaboratif, adalah jenis robot yang dirancang untuk bekerja secara langsung dengan manusia di lingkungan kerja yang sama. Cobots dirancang untuk berinteraksi dengan manusia secara aman dan berkolaborasi dalam tugas-tugas tertentu
  1. Produksi Custom:
    Industri fesyen menggunakan teknologi pencetakan 3D untuk memproduksi pakaian sesuai dengan ukuran dan preferensi individu. Dengan menggunakan pemindaian tubuh 3D, perusahaan fashion dapat menciptakan pakaian yang sesuai dengan setiap pelanggan, mengurangi limbah pakaian dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

2.5 Contoh Implementasi Society 5.0

  1. Kesehatan Digital:
    Menggunakan perangkat wearable yang terhubung ke Internet untuk
    memantau kesehatan pasien secara real time dan memberikan peringatan dini kepada profesional medis. Misalnya: jam tangan pintar yang memantau detak jantung dan tingkat aktivitas fisik, dan mengirimkan datanya ke dokter untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini memungkinkan deteksi dini terhadap kondisi kesehatan yang
    memerlukan intervensi segera, mengurangi beban sistem kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
  2. Smart Cities:
    Kota-kota yang menggunakan teknologi IoT untuk mengelola layanan secara efisien, seperti lampu jalan yang menyesuaikan pencahayaan berdasarkan keberadaan pejalan kaki atau kendaraan. Contoh lainnya adalah sistem manajemen lalu lintas yang menggunakan data real-time untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan
    keselamatan jalan raya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Industrial 5.0 dan Society 5.0 adalah dua konsep yang saling melengkapi dalam menciptakan masa depan yang lebih efisien, kreatif, dan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan teknologi canggih ke dalam kehidupan sehari-hari dan proses produksi, kedua konsep ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup manusia dan keberlanjutan lingkungan. Industrial 5.0 fokus pada kolaborasi manusia dan mesin cerdas untuk meningkatkan efisiensi dan personalisasi produksi, sementara Society 5.0
bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan melalui integrasi teknologi digital.
3.2 Saran
Untuk mencapai keberhasilan dalam penerapan Industrial 5.0 dan Society 5.0, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pendidikan dan pelatihan yang tepat juga harus diberikan kepada tenaga kerja untuk mempersiapkan mereka menghadapi perubahan yang dibawa oleh teknologi canggih. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung inovasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan untuk memastikan bahwa manfaat dari kedua konsep ini dapat dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat

Read More

GREEN MANUFACTURING: KONSEP DAN IMPLEMENTASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini permasalahan lingkungan hidup menjadi semakin penting karena
dampak negatif aktivitas manusia terhadap bumi semakin terasa. Pemanasan global, polusi udara dan air, serta menipisnya sumber daya alam adalah beberapa contoh permasalahan yang mendesak. Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap permasalahan lingkungan ini. Oleh karena itu, lahirlah konsep produksi hijau yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
perusahaan terhadap lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan green manufacturing?
  2. Apa saja faktor-faktor green manufacturing 6R?
  3. Bagaimana implementasi green manufacturing dan apa saja tantangan serta
    hambatannya?

1.3 Tujuan Penulisan

  1. Memahami konsep green manufacturing.
  2. Menjelaskan faktor-faktor green manufacturing 6R.
  3. Menganalisis implementasi green manufacturing serta tantangan dan
    hambatannya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Green Manufacturing

Green manufacturing merupakan proses manufaktur yang memperhatikan
faktor lingkungan. Hal ini mencakup penggunaan material ramah lingkungan, pengurangan limbah, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pengurangan penggunaan sumber daya alam.
Produksi ramah lingkungan juga mengacu pada produksi dengan dampak
rendah terhadap lingkungan. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti mengurangi jumlah bahan yang digunakan dalam produk, meningkatkan efisiensi, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Salah satu tujuan utama produksi organik adalah untuk mengurangi dampak negatif produksi terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan selama produksi, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengurangi penggunaan sumber daya alam seperti air dan energi.
Manufaktur ramah lingkungan juga dapat membantu perusahaan mengurangi biaya produksi. Misalnya, dengan mengurangi polusi, perusahaan dapat mengurangi biaya pengolahan limbah. Dengan mengurangi penggunaan sumber daya alam, perusahaan juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja.
Selain itu, manufaktur ramah lingkungan juga dapat membantu perusahaan meningkatkan reputasinya. Konsumen saat ini semakin sadar akan pentingnya lingkungan, sehingga perusahaan dengan reputasi baik dalam bidang kepedulian lingkungan bisa menjadi sangat menarik.
Untuk menghasilkan produk ramah lingkungan, perusahaan dapat memulai dengan mengidentifikasi proses produksi yang memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan. Kemudian, perusahaan dapat mencari cara untuk mengurangi dampak tersebut, misalnya dengan menggunakan material ramah lingkungan atau meningkatkan konsumsi energi.
Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan pemerintah atau kelompok
lingkungan hidup untuk mengembangkan proses manufaktur ramah lingkungan yang tepat. Selain itu, perusahaan dapat mengikuti standar industri yang telah ditetapkan, seperti ISO 14001, yang menetapkan standar pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, green manufacturing merupakan proses manufaktur yang memperhatikan faktor lingkungan. Dengan menggunakan manufaktur ramah lingkungan, perusahaan dapat
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan produktivitas

2.2 Faktor-Faktor Green Manufacturing 6R

  1. Redesign (Perancangan Ulang)
    Mendesain ulang produk dan proses manufaktur menjadi lebih ramah lingkungan. Hal ini mungkin melibatkan penggunaan bahan yang lebih sedikit dan lebih ramah lingkungan, serta peningkatan efisiensi dalam proses produksi.
  2. Reduce (Mengurangi)
    Mengurangi penggunaan sumber daya alam dan bahan berbahaya. Hal ini termasuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama produksi dan mengurangi konsumsi energi melalui penggunaan teknologi yang lebih efisien.
  3. Re-manufacturing (Pembuatan Kembali)
    Mengumpulkan bagian-bagian produk yang tidak terpakai untuk digunakan kembali pada produk baru. Hal ini membantu mengurangi kebutuhan bahan baku dan penggunaan komponen yang ada.
  4. Reuse (Penggunaan Kembali) Menggunakan kembali produk atau suku cadang yang masih siap digunakan. Dengan cara ini, polusi dapat dikurangi dan efisiensi sumber daya dapat ditingkatkan dengan menghindari pembelian produk baru.
  5. Recover (Pemulihan) Memperoleh energi atau bahan dari limbah industri. Hal ini dapat mencakup penggunaan teknologi pemulihan energi untuk mengurangi penggunaan energi secara keseluruhan dan penggunaan kembali bahan mentah yang dapat diperoleh dari produk bekas.
  1. Recycle (Daur Ulang)
    Mendaur ulang bahan atau produk menjadi bahan baku produk baru. Hal ini membantu mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dan mengurangi kebutuhan bahan baku dengan menggunakan bahan daur ulang

2.3 Implementasi Green Manufacturing
Tujuan dari manufaktur ramah lingkungan adalah integrasi perbaikan
berkelanjutan lingkungan dari proses dan produk industri untuk mengurangi atau mencegah polusi udara, air, dan tanah, mengurangi limbah pada sumbernya, dan mengurangi risiko terhadap manusia dan spesies lainnya.
Tantangan terkait dengan Pemanfaatan green manufacturing merupakan salah satu cara untuk memenuhi permintaan pelanggan/pelanggan akan produk ramah lingkungan, mengembangkan rencana daur ulang, mengurangi penggunaan bahan baku, dan memilih bahan baku yang memiliki dampak lingkungan rendah.
Dari segi proses, Manufaktur Ramah Lingkungan bertujuan untuk menghemat bahan mentah dan energi, menghilangkan penggunaan bahan. racun, dan mengurangi limbah yang dihasilkan. Dalam hal produk, manufaktur ramah lingkungan mencoba mengurangi dampak lingkungan sepanjang masa pakai produk.
Dari sisi proses dan produk, terdapat konflik akibat penerapan siklus hidup
produk sehingga dampak lingkungan dari proses produksi juga harus diperhatikan.
Produksi hijau mencakup banyak kegiatan, yaitu pencegahan polusi, pengurangan penggunaan zat, dan desain lingkungan. Pencegahan polusi berfokus pada bagaimana menghindari dan mengurangi limbah dengan mengurangi sumber limbah atau mendaur ulang lingkungan.
Mengurangi sumber sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang berhubungan dengan proses maupun oleh produk, termasuk perubahan produk dengan penggantian bentuk dan komposisi bahan produk; substitusi input untuk mengurangi penggunaan bahan mentah dan bahan tambahan yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan penggunaan sumber daya.
Banyak artikel yang menjelaskan penerapan produksi ramah lingkungan
melalui pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang di berbagai industri, seperti industri manufaktur secara keseluruhan, industri keramik/industri genteng dengan melakukan perubahan efisiensi penggunaan bahan baku, energi dan air, industri karet, industri mobil dengan menggunakan daur ulang air yang digunakan
dalam produksi, dan dengan menggunakan bahan-bahan yang berdampak terhadap lingkungan; mengurangi limbah makanan di industri
Produsen makanan melakukan hal ini dengan mendaur ulang, menjual dengan harga diskon, menyumbang ke lembaga sosial. Beberapa contoh penggunaan produksi ramah lingkungan adalah daur ulang air limbah yang digunakan untuk mencuci pad-batch di industri tekstil dengan menggunakan proses oksidasi, daur ulang lumpur biologis di industri kertas. dan karton, serta daur ulang air limbah di industri elektronik. Di Indonesia sendiri, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah
menetapkan Standar Industri Ramah Lingkungan untuk 17 jenis industri. dibentuk sebagai pedoman bagi industri Indonesia untuk berproduksi secara efisien, namun juga menggunakannya secara sukarela. Standar tersebut disusun berdasarkan Klasifikasi Standar Tempat Usaha Indonesia yang memuat ketentuan terkait bahan baku, bahan penolong, energi, proses produksi, produk, pengelolaan-jasa bangunan,
dan pengelolaan limbah.

2.3.1 Tantangan

  1. Biaya Awal yang Tinggi
    Investasi awal pada teknologi dan peralatan ramah lingkungan seringkali
    mahal dan memerlukan perubahan signifikan pada proses produksi yang ada.
  2. Kesulitan dalam Merancang Ulang Produk
    Memodifikasi produk menjadi lebih ramah lingkungan tanpa mengurangi
    kualitas atau performanya merupakan sebuah tantangan tersendiri, apalagi dengan
    keterbatasan teknologi dan teknologi yang ada..
  3. Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan
    Banyak perusahaan dan konsumen yang belum menyadari pentingnya green
    manufacturing, serta kurangnya edukasi dan informasi tentang manfaat dan cara-cara
    penerapannya

2.3.2 Hambatan

  1. Regulasi dan Kebijakan
    Regulasi lingkungan yang kompleks dan beragam antar negara atau wilayah,
    serta kurangnya insentif dari pemerintah untuk mendukung implementasi green
    manufacturing.
  2. Keterbatasan Teknologi, Teknologi ramah lingkungan yang belum sepenuhnya berkembang dan masih dalam tahap penelitian, serta keterbatasan akses terhadap teknologi baru bagi perusahaan kecil dan menengah.
  3. Rantai Pasokan, Kesulitan dalam mengintegrasikan prinsip green manufacturing di seluruh rantai pasokan, yang memerlukan kerjasama erat dengan pemasok dan distributor untuk mencapai tujuan keberlanjutan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Green Manufacturing merupakan cara penting untuk mencapai kelestarian
lingkungan dan ekonomi. Dengan menggunakan prinsip 6R (Repair, Reduce, Renew, Reuse, Restore, Recycle), perusahaan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi. Meskipun banyak tantangan dan hambatan dalam implementasinya, seperti biaya awal yang tinggi, kesulitan dalam restrukturisasi produk, dan kurangnya kesadaran dan pengetahuan, kerjasama, inovasi teknologi, dan dukungan kebijakan yang tepat, produksi ramah lingkungan dapat menjadi solusi yang
dapat diselesaikan.
Konsep Green Manufacturing telah lama dikenal dan dikembangkan di
berbagai negara di dunia. Berkurangnya sumber daya alam, isu pemanasan global yang disebabkan oleh panas alami yang merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak signifikan terhadap dunia industri, ketatnya peraturan perundang-undangan mengenai perusahaan ramah lingkungan, dan meningkatnya kesadaran pelanggan untuk menggunakan sumber daya alam. lingkungan. produk ramah. dengan biaya rendah, globalisasi produksi memperhatikan permasalahan lingkungan secara serius
dan mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam semua tahapan proses.
Namun jumlah perusahaan ramah lingkungan masih kalah dibandingkan
jumlah perusahaan yang ada, terutama di negara-negara berkembang dan maju. Dari studi produksi ramah lingkungan yang dilakukan, banyak hambatan dalam pemanfaatan ramah lingkungan adalah lemahnya undang-undang dan implementasinya serta kurangnya pengetahuan tentang ramah lingkungan, terutama pada usaha kecil dan menengah. Anggapan bahwa penggunaan produksi ramah lingkungan hanya mengakibatkan biaya produksi menjadi lebih tinggi dengan manfaat yang tidak berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan, menyebabkan perusahaan semakin agresif dalam menggunakan produksi ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam penerapan undang-undang lingkungan hidup yang harus dipatuhi oleh semua perusahaan dengan aturan atau metode penerapan yang jelas.
Belum banyak penelitian mengenai produksi ramah lingkungan di Indonesia terutama terkait bagaimana meningkatkan kesadaran seluruh kelompok industri tentang lingkungan hidup dan bagaimana standar atau pedoman lingkungan hidup yang ada dapat diterapkan secara efektif di Indonesia

3.2 Saran

  1. Perusahaan perlu meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.
  2. Pemerintah perlu memberikan insentif dan dukungan kebijakan untuk mendorong implementasi green manufacturing.
  3. Pendidikan dan pelatihan mengenai pentingnya green manufacturing perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di kalangan perusahaan dan masyarakat
Read More

HUBUNGAN ANTARA INDUSTRIAL 5.0 DENGAN KONSEP SOCIETY 5.0

Dalam melihat perkembangan zaman, maka sebagai manusia modern kita perlu merespon perubahan-perubahan apa saja yang sudah terjadi di depan mata. Semakin cepatnya revolusi industry dan society membuat kita harus terbiasa menyesuaikan dengannya. Pemanfaatan teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan harus kita dapatkan sebagai ‘tabungan’ yang akan digunakan di masa depan nanti. Teknologi selalu berkembang dan cara hidup manusia juga berbeda. Jika dahulu manusia membutuhkan fisik buku untuk bisa mengetahui informasi, maka sekarang informasi mudah didapat dengan cepat lewat koneksi internet. Hal tersebut menuntut manusia untuk tetap bertahan dalam perkembangan teknologi mutakhir abad ini.  Maka untuk bisa survive dengan perkembangan era saat ini, kita perlu mengetahui informasi mengenai revolusi industry 5.0 dan society 5.0.

Mengenal Industry 5.0

Komponen Revolusi Industri 5.0

Industri 5.0 adalah Revolusi Industri Kelima, yang merupakan fase industrialisasi baru yang saat ini sedang berkembang, melibatkan antara manusia dengan teknologi mutakhir dan robot yang tersistem komputerisasi atau kita bisa menyebutnya dengan AI (Artificial Intellegence/kecerdesan buatan). Revolusi industri merupakan sebuah perubahan cara hidup manusia dan proses kerja secara fundamental, dimana adanya kemajuan teknologi informasi dapat mengintegrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan dampak disiplin ilmu. Industri 5.0 adalah perluasan dari Industri 4.0 yang dimana pemicunya adalah semakin menguatnya peran komputer dalam sistem industri. Pada Industri 4.0 menekankan atau fokus pada penggunaan sistem komputerisasi, automasi dan digital yang diintegrasikan dengan internet sebagai tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi berbagai bidang ekonomi dan sosial.

Evolusi Revolusi 5.0

Revolusi Industri dari masa ke masa

Revolusi Industri Pertama dimulai pada abad ke-18, bergerak melalui lima iterasi seiring berkembangnya teknologi dan proses selama berabad-abad berikutnya.

Industri 1.0

Dimulai sekitar tahun 1780, revolusi pertama ini difokuskan pada produksi industri berbasis mesin yang digerakkan oleh uap dan air.

Industri 2.0

Sekitar seratus tahun kemudian, pada tahun 1870, revolusi industri kedua ini didasarkan pada elektrifikasi dan terjadi dengan produksi massal melalui jalur perakitan.

Industri 3.0

Melangkah maju 100 tahun lagi, ke tahun 1970, Industri 3.0 menyaksikan otomatisasi melalui penggunaan komputer dan elektronik. Hal ini ditingkatkan oleh globalisasi (Industri 3.5), yang melibatkan pemindahan produksi ke negara-negara dengan biaya rendah.

Industri 4.0

Saat ini kita hidup dalam revolusi industri keempat, yang didasarkan pada konsep digitalisasi dan mencakup otomatisasi, teknologi kecerdasan buatan (AI), perangkat yang terhubung, analisis data, sistem siber-fisik, transformasi digital, dan banyak lagi.

Industri 5.0

Kita kini memasuki revolusi industri kelima dengan fokus pada manusia dan mesin yang bekerja sama. Berdasarkan personalisasi dan penggunaan robot kolaboratif, pekerja bebas memberikan tugas bernilai tambah bagi pelanggan. Iterasi terbaru ini melampaui proses manufaktur dan mencakup peningkatan ketahanan, pendekatan yang berpusat pada manusia, dan fokus pada keberlanjutan.

Dampak Industri Pada Perekonomian

  1. Peningkatan produktivitas dan efisiensi: Melalui penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan otomatisasi, Industri 5.0 dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional, menghasilkan peningkatan output dengan biaya yang lebih rendah.
  2. Peningkatan daya saing industri: Adopsi Industri 5.0 dapat meningkatkan daya saing industri dengan mengoptimalkan proses produksi, meningkatkan kualitas produk, dan mempersingkat waktu pemasaran.
  3. Penciptaan lapangan kerja baru: Meskipun ada kekhawatiran tentang penggantian tenaga kerja manusia oleh teknologi, Industri 5.0 juga menciptakan peluang baru dalam bentuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dalam pengembangan, pemeliharaan, dan pengoperasian teknologi baru.
  4. Pertumbuhan sektor ekonomi baru: Industri 5.0 dapat mendorong pertumbuhan sektor ekonomi baru, seperti industri robotika, kecerdasan buatan, dan IoT, yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.

Analisis ini menunjukkan bahwa adopsi Industri 5.0 memiliki potensi besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing industri, dan menciptakan peluang lapangan kerja di Indonesia. Namun, tantangan dalam infrastruktur digital, keterampilan tenaga kerja, dan lingkungan regulasi harus diatasi untuk mencapai potensi penuh Industri 5.0 di negara ini. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kebijakan dan inisiatif yang mendukung adopsi teknologi, pengembangan keterampilan, dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk mendorong transformasi industri yang berkelanjutan di Indonesia.

Mengenal Society 5.0

Society 5.0 dalam Bahasa Indonesia disebut Masyarakat 5.0 atau Masyarakat Super Pintar adalah konsep masyarakat masa depan yang diusulkan oleh Jepang. Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.

Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Peserta didik diharapkan dapat memiliki kecakapan hidup abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C, yakni creativity, critical thinking, communication, dan collaboration.

Oleh karena itu ada tiga hal yang harus dimanfaatkan pendidik di era society 5.0, antara lain: Internet of things pada dunia Pendidikan (IoT), Virtual/Augmented reality dalam dunia pendidikan, dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik (sumber:ditpsd.kemdikbud.go.id).

Perkembangan Society 5.0 dan Generasi-Generasi Sebelumnya

Untuk memahami perkembangan Society 5.0 ini, kita perlu memahami juga generasi-generasi sebelumnya dimulai dari Society 1.0 hingga Society 4.0.

  • Society 1.0: Era berburu dan manusia baru mengenal tulisan.
  • Society 2.0: Era pertanian di mana manusia mengenal cocok tanam.
  • Society 3.0: Era industri di mana manusia mulai menggunakan mesin untuk aktivitas sehari-hari.
  • Society 4.0: Era teknologi komputer hingga internet untuk menunjang kegiatan manusia.
  • Society 5.0: Era teknologi di mana semua teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri
Perkembangan Society 1.0 sampai dengan 5.0

Cara Pandang yang mengalami perubahan

Society 5.0 mengubah cara pandang manusia terhadap valuasi suatu bisnis. Analisis bisnis di era digital sudah berubah. Aset tak lagi tangible, ada aset intangible yang tak bisa diukur dan dicatat pada balance sheet akuntansi. Sebagai contoh Gojek tak punya satu pun motor, tapi valuasinya 12 kali melebihi Garuda Indonesia. Apa asetnya? Intangible, bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan yang akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem. Valuasi Gojek 10 miliar dollar AS (Rp 142 triliun) vs Garuda Indonesia yang berada di angka Rp 11,07 triliun.

Banyak hal yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi. Selain gaya hidup manusia yang lebih berorientasi pada hal-hal yang berbau digital, terjadi juga perubahan pada pasar tenaga kerja yang melahirkan profesi-profesi baru seperti: blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart kettle manager, Big Data analyst, cyber troops, cyber psychologist, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowdfunding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM developer, cloud computing services, cloud service specialist, dog whisperer, drone operator dsb.

Hubungan Antara Industry 5.0 Dengan Society 5.0

Revolusi Industri 5.0 itu lebih ditekankan ke industri, manufaktur, teknologi produksi. Tujuannya yaitu memberikan efisiensi produksi atau proses agar dapat menghasilkan produk berkualitas, termutakhir dengan mengintegrasikan perangkat fisik dengan cloud. Sedangkan Society 5.0 itu mudahnya teknologi-teknologi tersebut sudah melekat ke dalam kehidupan manusia. Sehingga penekanannya bukan hanya industri, tetapi lebih kepada manusia. Artinya manusia yang terintegrasi dengan teknologi. Terintegrasi disini bisa dalam arti yang lebih advance. Saat ini, kita sedang perlahan melakukan transisi ke Society 5.0. Karena bisa dilihat artikel ilmiah yang biasanya berupa kajian literatur, kajian kelayakan, simulasi dan pemodelan, maupun prototipe alat arahnya ke Society 5.0.

Konsep Revolusi Industri 5.0 lebih menekankan pada kecerdasan buatan sebagai elemen yang membuat perubahan. Sedangkan Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 lebih menekankan pada manusia sebagai elemen utamanya (human centered), yaitu kehidupan manusia akan lebih baik ketika teknologi berperan sebagai penyempurna kemudahan dalam hidup sehari-hari. Termasuk meminimalisir kesenjangan sosial untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau akses jalan, transportasi, medis, dan lain sebagainya. Sebagai solusi desain yang berpusat pada manusia di mana manusia dan cobot berkolaborasi dalam lingkungan kerja bersama, Industri 5.0 telah mulai mendapatkan lebih banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir, yang bertujuan untuk mengatasi tantangan yang diekspos oleh Industri 5.0. Selain itu, konsep serupa bernama Masyarakat 5.0 telah muncul beberapa tahun ini untuk memecahkan masalah dalam masyarakat saat ini, yang merupakan masyarakat super-pintar futuristik di mana setiap orang dapat menikmati kehidupan berkualitas tinggi dan nyaman melalui perpaduan dunia maya dan ruang fisik dengan sepenuhnya memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Industri 5.0 dan Masyarakat 5.0 adalah dua konsep paralel untuk industri dan masyarakat masa depan.

Baik Industri 5.0 maupun Society 5.0, kedua variable tersebut tidak akan bisa kita hindarkan kedatangannya. Manfaat yang diberikan cukup banyak dan beragam. Bagi mereka yang tidak mau survive dengan kondisi saat ini, tentunya akan menjadi sebuah kerugian di masa depan.  Solusi terhadap isu lingkungan mungkin bisa terbantu dengan adanya kedua variable tersebut. AI sebagai produk industry 5.0, tentunya bukan suatu hal yang mematikan pekerjaan atau job desk hajat orang banyak. AI hanyalah alat untuk lebih mudah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Tetapi tentunya AI juga rentan terhadap kejahatan cyber yang bisa merugikan orang banyak. Pengendalian atas berkembanganya industry maupun society sudah semestinya dilakukan oleh otoritas yang berwenang tetapi dengan memperhatikan boundery-nya. Sehingga hal tersebut memberikan perlindungan dan rasa aman pada setiap individu dan organisasi.

Read More

PENERAPAN GREEN MANUFACTURING DALAM UPAYA MEWUJUDKAN EKONOMI BERKELANJUTAN

Dalam upaya mewujudkan keseimbangan alam, maka manusia dituntut untuk memiliki kemampuan bertahan hidup dan menjaga alam yang dilakukan secara simultan.  Perusahaan adalah sebuah organisasi yang diciptakan manusia untuk menghasilkan suatu output tertentu dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidup manusia modern. Akan tetapi hal tersebut tidak berbanding lurus dengan menjaga lingkungan alam sekitarnya. Kebanyakan perusahaan seolah-olah tidak peduli kerusakan lingkungan apa saja yang sudah diperbuat dari hasil produksinya. Perusahaan harus berbenah untuk menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang menjadi keberlangsungan hidup bagi setiap makhluk bumi. Salah satu cara untuk menjaga lingkungan alam sekitar bagi industri manufaktur adalah dengan menerapkan sistem Green Manufacturing. Green Manufacturing adalah sebuah metode dalam manufaktur untuk meminimalisir limbah dan polusi melalui desain produk dan proses dengan tujuan utama adalah untuk berkelanjutan (Jannah, B. 2018).

Tujuan utama dari green manufacturing adalah menghasilkan output yang ramah lingkungan dengan melakukan proses produksi yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya alam sehingga dapat menyeimbangkan antara pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan hidup (https://unair.ac.id/peran-green-manufacturing-dalam-sistem-manufaktur/).

Green Manufacturing

Apa itu Green Manufacturing?

Green Manufacturing merupakan suatu proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang relatif rendah, sangat efisien, dan menghasilkan sedikit bahkan tidak ada limbah atau polusi (Mark Atlas dan Richard Florida, 1998). Green manufacturing adalah sebuah metode dalam manufaktur untuk meminimalisir limbah dan polusi melalui desain produk dan proses dengan tujuan utama adalah untuk berkelanjutan (Jannah, B. 2018).

Prinsip Green Manufacturing

Ide Green Manufacturing pada dasarnya adalah proses/sistem yang berdampak minimal pada lingkungan atau tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam semua kegiatan yang dilakukan terutama dalam mengurangi CO2 dan mengurangi polusi dari industri, seperti Kongres Amerika Serikat yang telah mencanangkan untuk mengurangi polusi akibat CO2 sebanyak 83% pada tahun 2050 (Dornfeld, 2013). Green Manufacturing juga menjadi suatu langkah untuk menciptakan tingkat kreativitas jangka panjang di Amerika Serikat.

Menurut sebuah artikel dari majalah Quality, Green Manufacturing saat ini menyumbang pendapatan negara sekitar 26% untuk semua industri ramah lingkungan. Kemudian mampu membuka 35.382 lapangan pekerjaan antara tahun 2003 sampai 2010. Pekerja di industri yang menerapkan sistem Green Manufacturing mendapat upah 13% lebih tinggi dari pekerjaan manufaktur lainnya di AS (https://www.goodwin.edu/enews/what-is-green-manufacturing/).

Salah satu mekanisme yang dapat diikuti oleh sebuah perusahaan dalam implementasi green manufacturing adalah menerapkan standar yang sudah diakui internasional diantaranya ISO 14000. ISO 14000 dan turunannya merupakan panduan yang mendeskripsikan standar evaluasi untuk produk/proses dengan pertimbangan pengelolaan lingkungan yang baik.

Penerapan Green Manufacturing

(Jannah et.al.)dalam laporannya menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Green Manufacturing, yaitu:

  1. Barang/jasa yang diproduksi oleh perusahaan adalah produk yang ramah lingkungan.
  2. Pencegahan dari polusi pada sumber dicapai untuk proses produksi.
  3. Praktik produksi yang lebih bersih diikuti oleh penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.
  4. Penggunaan kembali dan daur ulang bahan yang digunakan.

Green Manufacturing pada industri bisa dilakukan dengan beberapa metode pengukuran dan penilaian kinerja proses produksi perusahaan, yaitu GSCOR (Green Supply Chain Operations Reference) dan LCA (Life Cycle Assessment). GSCOR sendiri merupakan metode peningkatan dari SCOR yang mempertimbangkan aspek lingkungan pada setiap proses manajemen rantai pasok yang menjadikan instrumen penilaian kinerja untuk mendefinisikan setiap proses dalam rantai pasok dan mengelompokkan kinerja masing-masing proses dalam beberapa metrik. Metode Green SCOR diharapkan dapat memberikan keuntungan baik perusahaan maupun lingkungan.

Sedangkan LCA adalah metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan suatu produk atau kegiatan dari tahap produksi hingga penggunaan dan pembuangan. LCA merupakan suatu alat ukur kuantitatif untuk pembangunan ber-kelanjutan. Terdapat 7 prinsip LCA yang mendasar, yaitu persektif daur hidup, fokus lingkungan, pendekatan relatif dan unit fungsional, pendekatan iteratif, trans-paransi, bersifat komprehensif, dan prioritas pendekatan ilmiah.

Faktor Penghambat Green Manufacturing

Faktor penghambat Green Manufacturing (Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mittal & Sangwan; 2014c, 2014d), adalah:

  1. Kurangnya awareness/informasi (terbatasnya awareness terhadap tren ‘green’, akses terbatas pada literatur mengenai Green Manufacturing; kelangkaan informasi yang memadai);
  2. Resiko teknologi (ancaman menerapkan teknologi baru/teknologi yang kompleks; ketakutan timbulnya masalah dari teknologi yang digunakan; masalah kompatibilitas dengan sistem yang ada);
  3. Perundang-undangan yang lemah (tidak adanya undang-undang lingkungan yang lengkap dan hukum yang tidak efektif);
  4. Penegakkan hukum yang rendah; dan ‘trade off’.

Ekonomi Berkelanjutan

Kegiatan ekonomi yang selama ini berkembang pada realitanya berimplikasi pada kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial yang menyertainya. Praktik ekonomi yang seperti itu akan mengancam keberlangsungan hidup manusia dalam jangka panjang. Maka dari itu, aspek berkelanjutan dalam praktik ekonomi menjadi sebuah agenda yang terus digencarkan. Aspek berkelanjutan tersebut ditujukan untuk memperhitungkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan aspek keadilan sosial dan pelestarian lingkungan dalam prosesnya. Prinsip berkelanjutan dalam ekonomi akan memberikan peningkatan keterampilan pekerja dalam mendorong peningkatan daya saing sehingga dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik. Definisi dari ekonomi berkelanjutan sendiri adalah kegiatan ekonomi yang berfokus pada kesejahteraan bersama yang menguntungkan bagi produsen dan konsumen dengan tidak hanya mengejar pada pertumbuhan ekonominya saja melainkan isu pelestarian lingkungan. Ekonomi berkelanjutan bisa dimanifestasikan sebagai ekonomi sirkular yang dimana pada penerapan alur prosesnya melalui berberapa tahapan, yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Repair (memperbaiki), Remanufacture (memproduksi ulang), Recycle (mendaur ulang), Recovery (memulihkan), dan Residual Waste (sisa limbah).

Alur Ekonomi Sirkular

Green manufacturing berkaitan erat dengan Sustainable manufacturing (SM). Sustainability dapat diperoleh dengan melakukan konsep Green (Dornfeld, 2014; Tseng, dkk., 2013). Sustainable Manufacturing sendiri diartikan sebagai “penciptaan produk yang bernilai ekonomis melalui proses yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, menghemat energi dan sumber daya alam, serta melestarikan sumber daya alam dan energi untuk menjamin ketersediaannya di masa yang akan datang. Proses yang dilakukan juga harus aman bagi karyawan, masyarakat, dan konsumen.” Sustainable Manufacturing merupakan evolusi dari sistem manufaktur mulai dari sistem manufaktur yang tradisional, kemudian lean manufacturing yang fokus pada pengurangan pemborosan (waste reduction based), green manufacturing dengan 3R, hingga akhirnya pada konsep sustainable manufacturing dengan pendekatan 6R pada siklus hidup produk (Gambar 1). Penerapan Sustainable Manufacturing mengarah pada tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagaimana dikemukakan oleh Komisi Dunia tentang Lingkungan dan pembangunan (David A. Dornfeld, 2013) diartikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.”

(a) Evolusi Sustainable Manufacturing. (b) Siklus hidup produk dengan pendekatan (6R (Jaafar dkk. 2007 pada Jayal dkk., 2010)

Implementasi model ekonomi sirkular dapat memberikan banyak pengaruh positif pada lingkungan, seperti:

Pengurangn limbahEkonomi sirkular dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak egative pada lingkungan, seperti polusi udara, tanah, dan air.
Pengurangan emisiDengan mempertahankan sumber daya alam dan memperpanjang umur produk, ekonomi sirkular dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama proses produksi dan konsumsi.
Penghematan sumber dayaEkonomi sirkular dapat membantu menghemat sumber daya alam, seperti air dan energi, dengan cara meminimalkan limbah dan memperpanjang umur produk.
Implementasi model ekonomi sirkular

Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan

Untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan maka diperlukan keberanian dan langkah maju. Sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengenai tujuan dari berkelanjutan adalah pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berkelanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan dan menjamin keadilan serta terlaksananya tata kelola yang menjaga kualitas hidup.   Pada dasarnya, aspek berkelanjutan dalam ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perwujudan kehidupan yang lebih baik dalam jangka panjang. Aspek ini bertujuan untuk mewujudkan setidaknya 17 capaian yakni (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Laut; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Maka dari itu, diperlukan kesadaran dan tindakan bersama dalam mewujudkannya.

Sistem model Green Manufacturing telah lama dikenal oleh dunia industri seiring dengan munculnya isu lingkungan yang memperlihatkan dampak negatif mengenai pencemaran limbah pabrik pada lingkungan sekitar. Ketidakmampuan dunia industri untuk mencegah atau paling tidak menghambat kerusakan sumber daya alam maupun sumber daya manusia membuat munculnya berbagai konsep dan sistem model untuk meminimalisir dampak dari proses produksi industri yang tak terkendali. Salah satu sistem model yang akan terus berkembang dan banyak digunakan adalah Green Manufacturing, dimana pada penerapannya menitikberatkan pada upaya mewujudkan keberlangsungan hidup manusia mengenai lingkungan bersih dan bebas dari pencemaran dalam bentuk cairan, padatan maupun udara. Dari beberapa sumber literatur mengenai Green Manufacturing dan Ekonomi Keberlanjutan, cenderung ke arah positif bahwa sistem model Green Manufacturing sangat berperan untuk mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan. Beberapa industri di Indonesia sudah mencoba untuk melakukan sistem model Green Manufacturing, satu di antaranya yaitu pada industri tahu sari kedelai. Walaupun terdapat beberapa kekurangan dalam proses penerapannya, akan tetapi sudah terlihatprogress baiknya. Oleh sebab itulah penulis menyimpulkan bahwa penerapan sistem Green Manufacturing pada sebuah industri sangat berperan untuk meweujudkan ekonomi yang berkelanjutan.

Read More