KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Ujian Akhir Semester yang berjudul “ Konsep Green Manufacturing“.Tujuan penyusunan ujian akhir semester ini adalah merupakan salah satu syarat akademis yang wajib di penuhi dalam kuliah Teknik Industri Universitas Esa Unggul Bekasi.Pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan Makalah Ujian akhir semester ini, terutama kepada :
1. Cicilia Sriliasta Bangun, ST, MT selaku Dosen Perkuliahan Pemodelan SistemFakultas Teknik Universitas Esa Unggul.
2. Ibu Kushamidah selaku orangtua penulis yang selalu memberikan dukungan dariawal perkuliahan sampai dengan menyelesaikan makalah ujian akhir semester ini.
3. Teman-teman Teknik Industri Angkatan 2024 Universitas Esa Unggul.Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam Makalah Ujian Akhir ini. Penulis berharap semoga Makalah Ujian Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Universitas Esa Unggul. Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kekeliruan di dalam tulisan ini.

Bekasi, 3 Agustus 2024

Penulis

Novi Ramawati 20210201158

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global atau Global Warming yang menyebabkan perubahan suhu ratarata menjadi topik yang sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat begitupun polusi udara yang semakin mengkhawatirkan. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan kesadaran akan masalah lingkungan dan perubahan iklim telah mempengaruhi berbagai sektor industri, termasuk manufaktur. Industri manufaktur menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Green manufacturing atau manufaktur hijau muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan ini. Konsep ini menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam proses produksi untuk mengurangi emisi, limbah, dan penggunaan sumber daya. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi dalam jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan green manufacturing?
2. Apa saja faktor-faktor green manufacturing 6R (Redesign, Reduce, Remanufacturing,Reuse, Recover, Recycle)?
3. Bagaimana implementasi green manufacturing dalam industri manufaktur?
4. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapan green manufacturing?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep green manufacturing.
2. Mengidentifikasi manfaat utama dari penerapan green manufacturing.
3. Menganalisis tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi green manufacturing.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Green Manufacturing dan mendorong penerapan praktik ramah lingkungan dalam industri manufaktur. Selain itu, hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain dan praktisi industri dalam mengembangkan strategi keberlanjutan.

1.5 Ruang Lingkup

Makalah ini akan membahas konsep green manufacturing, manfaat, dan tantangan dalam implementasinya, serta menganalisis beberapa studi kasus yang relevan. Fokus utama akan diberikan pada industri manufaktur yang telah mengadopsi pendekatan Green Manufacturing di berbagai sektor.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Green Manufacturing

Manufaktur merupakan salah satu elemen penting dari pembangunan berkelanjutan karena memproduksi barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Manufaktur adalah sistem input-output, di mana sumber daya adalah input dan ditransformasikan melalui proses manufaktur menjadi produk atau produk setengah jadi (Sangwan dan Mittal, 2015).

Konsep green meliputi proses pembuatan produk dengan penggunaan material minimal dan proses yang meminimasi dampak negatif terhadap lingkungan, hemat energi dan sumber daya alam, aman bagi karyawan, masyarakat, dan konsumen, dengan tetap bernilai ekonomis (Dornfeld, 2013; Rehman dkk., 2013). Istilah green juga dapat digunakan untuk menunjukkan atau mengacu pada rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak dari sebuah proses atau sistem manufaktur terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan kondisi awal, seperti pengurangan limbah berbahaya yang dihasilkan, mengurangi penggunaan pendingin (coolant) pada proses permesinan, atau mengubah campuran energi yang digunakan sehingga memungkinkan untuk penggunaan sumber energi terbarukan (Dornfeld, 2013).

Green manufacturing adalah pendekatan produksi yang menggabungkan prinsipprinsip keberlanjutan dengan tujuan utama mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, namun tidak hanya menargetkan perlindungan lingkungan tetapi juga berfokus pada peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya produksi dalam jangka panjang.

Green Manufacturing lebih cenderung merupakan sebuah filosofi dibanding standar atau proses (Maruthi dan Rashmi R, 2015). Filosofi atau program Green Manufacturing tidak akan terlaksana dengan maksimal tentunya tanpa kesadaran dan kerja sama dengan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dan industri juga memainkan peran penting dalam mendukung green manufacturing melalui program dan inisiatif.

Program PROPER sebagai salah satu contoh dukungan pemerintah yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia untuk menilai kinerja lingkungan perusahaan. Insentif dan subsidi pemerintah, serta inisiatif industri hijau, juga mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik-praktik green manufacturing.

Dalam manufactur juga sering kali terkait erat dengan standar dan sertifikasi internasional seperti ISO 14001 yang merupakan salah satu bentuk kerja sama industri untuk menerapkan Green Manufacturing. ISO 14001 adalah standar untuk sistem manajemen lingkungan yang membantu organisasi meningkatkan kinerja lingkungan mereka melalui penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan pengurangan limbah. Implementasi ISO 14001 dalam green manufacturing melibatkan penilaian dampak lingkungan, pengembangan kebijakan lingkungan, penetapan tujuan dan target lingkungan, penerapan program pengelolaan lingkungan, pemantauan dan pengukuran, audit internal, dan tinjauan manajemen.

Studi kasus dari berbagai industri menunjukkan keberhasilan penerapan green manufacturing, Seperti :
1. Toyota, mengimplementasikan prinsip green manufacturing melalui Toyota Production System (TPS) yang fokus pada pengurangan limbah dan efisiensi energi.
2. Apple berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan dan mendesain produk dengan bahan yang dapat didaur ulang.
3. Nestlé mengurangi penggunaan air, energi, dan emisi karbon dalam proses produksinya serta fokus pada pengelolaan limbah dan daur ulang bahan baku.

Dengan adanya standar ISO, lembaga audit, dan dukungan dari pemerintah serta industri, perusahaan dapat lebih mudah menerapkan green manufacturing dan mencapai tujuan keberlanjutan. Integrasi ini membantu meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi dampak lingkungan, dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dalam jangka panjang.

2.2 Faktor-faktor Green Manufacturing

Konsep green manufacturing didasarkan pada enam faktor utama yang dikenal sebagai 6R: Redesign, Reduce, Re-manufacturing, Reuse, Recover, dan Recycle. Setiap faktor memiliki peran penting dalam menciptakan sistem produksi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Berikut pengertiannya :


1. Redesign
Redesign atau perancangan ulang adalah proses mendesain kembali produk atau proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan. Ini melibatkan penggunaan bahan yang lebih ramah lingkungan, peningkatan efisiensi energi, dan meminimalkan limbah.
Contoh nya:
– Desain Produk: Mengubah desain produk elektronik sehingga lebih mudahdibongkar dan didaur ulang.
– Proses Produksi: Menggunakan software simulasi untuk merancang prosesmanufaktur yang lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit limbah.


2. Reduce
Reduce atau pengurangan adalah usaha untuk mengurangi penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya. Ini dapat dicapai melalui proses produksi yang lebih efisien dan pengurangan limbah.
Contoh nya :
– Penggunaan Bahan Baku: Menggunakan bahan baku yang lebih sedikit dengankualitas yang sama atau lebih baik.
– Efisiensi Energi: Mengadopsi teknologi yang lebih efisien dalam penggunaanenergi, seperti mesin hemat energi.


3. Re-manufacturing
Re-manufacturing atau remanufaktur adalah proses memperbarui atau memperbaiki produk yang sudah digunakan sehingga dapat digunakan kembali dengan performa yang setara atau mendekati produk baru.
Contoh nya :
– Otomotif: Remanufaktur komponen kendaraan seperti mesin, transmisi, dan komponen lainnya untuk memperpanjang umur pakai kendaraan.
– Elektronik: Perbaikan dan pembaruan perangkat elektronik seperti komputer dan printer agar dapat digunakan kembali.


4. Reuse
Reuse atau penggunaan kembali adalah upaya menggunakan kembali produk atau komponen yang masih layak pakai tanpa harus melalui proses daur ulang yang kompleks.
Contoh nya :
– Kontainer dan Kemasan: Menggunakan kembali kontainer atau kemasan produkuntuk keperluan lain setelah penggunaan pertama.
– Pallet Kayu: Menggunakan kembali pallet kayu untuk transportasi barang diGudang


5. Recover
Recover atau pemulihan adalah proses mengambil kembali bahan atau energi dari produk yang sudah tidak terpakai atau limbah untuk digunakan kembali.
Contoh nya :
– Energi: Pemulihan energi dari proses pembakaran limbah untuk digunakansebagai sumber energi.
– Material: Pemulihan logam dari komponen elektronik yang sudah tidak terpakai.


6. Recycle
Recycle atau daur ulang adalah proses mengubah limbah menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali dalam proses produksi. Membantu mengurangi jumlah limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
Contoh nya :
– Plastik: Mendaur ulang botol plastik menjadi bahan baku untuk produk plastiklainnya.
– Kertas: Mendaur ulang kertas bekas menjadi kertas baru.Tentunya dengan mengimplementasi 6R dalam green manufacturing tidak hanya membantu mengurangi dampak lingkungan tetapi juga dapat memberikan keuntungan ekonomi dengan mengurangi biaya bahan baku, energi, dan pengelolaan limbah.

2.3 Implementasi Green Manufacturing dalam Industri ManufakturImplementasi Green Manufacturing dalam industri manufaktur mencakup berbagai strategi dan praktik yang dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan sambil tetap menjaga atau meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang tentunya juga menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dalam jangka panjang.

Berikut adalah beberapa contoh implementasi Green Manufacturing dalam industri:

1. Pemilihan Bahan Baku Ramah Lingkungan Pemilihan bahan baku yang memiliki dampak lingkungan lebih rendah adalah langkah awal dalam implementasi green manufacturing.
Contohnya :
– Bahan Daur Ulang: Menggunakan bahan baku yang berasal dari proses daur ulang, seperti aluminium daur ulang atau plastik daur ulang.
– Bahan Organik: Memilih bahan baku organik yang biodegradable dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

2. Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan Mengadopsi teknologi dan praktik yang meningkatkan efisiensi energi serta memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Contohnya :
– Pencahayaan LED: Mengganti lampu konvensional dengan lampu LED yang lebih hemat energi.
– Panel Surya: Memasang panel surya di atap pabrik untuk menghasilkan listrik dari energi matahari.

3. Optimalisasi Proses Produksi Meningkatkan efisiensi proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi, air, dan bahan baku serta meminimalkan limbah.
Contohnya :
– Lean Manufacturing: Mengadopsi prinsip lean manufacturing untuk mengurangi pemborosan dalam proses produksi.
– Teknologi Otomasi: Menggunakan sistem otomasi untuk meningkatkan presisi dan efisiensi produksi.

4. Pengelolaan Limbah Mengimplementasikan sistem pengelolaan limbah yang efektif untuk meminimalkan limbah yang dibuang ke lingkungan. Contohnya :
– Pemilahan Limbah: Memilah limbah berdasarkan jenisnya untuk memudahkan proses daur ulang.
– Kombustor Limbah: Menggunakan teknologi pembakaran limbah untuk mengubah limbah menjadi energi.

5. Desain Produk yang Ramah Lingkungan Mengembangkan produk dengan mempertimbangkan dampak lingkungan sepanjang siklus hidupnya.
Contohnya :
– Desain Modular : Mengembangkan produk dengan desain modular yang memudahkan perbaikan dan peningkatan.
– Bahan Non-Toksik : Menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produk.

6. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Karyawan Melibatkan karyawan dalam inisiatif green manufacturing melalui program pelatihan dan peningkatan kesadaran lingkungan.
Contohnya :
– Pelatihan Green Practices: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik ramah lingkungan di tempat kerja.
– Kampanye Kesadaran: Mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya green manufacturing.

7. Penggunaan Teknologi Informasi untuk Monitoring dan Pengendalian Menggunakan teknologi informasi untuk memantau dan mengendalikan konsumsi energi, penggunaan bahan baku, dan pengelolaan limbah. Contohnya :
– Sistem SCADA: Menggunakan sistem Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) untuk memantau dan mengendalikan proses produksi secara real-time.
– Internet of Things (IoT): Mengintegrasikan IoT untuk pengumpulan data dan analisis yang lebih efisien dalam mengelola sumber daya.

2.4 Tantangan dan Hambatan dalam Penerapan Green ManufacturingMeskipun green manufacturing menawarkan banyak manfaat, ada sejumlah tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapannya :

1. Biaya Awal yang Tinggi :Implementasi Green Manufacturing dan efisien energi sering kali membutuhkan investasi awal yang besar, yang dapat menjadi penghalang bagi perusahaan, terutama UKM.

2. Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan :Banyak perusahaan belum menyadari manfaat green manufacturing atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menerapkannya secara efektif.

3. Perubahan Proses dan Desain:Mengadopsi green manufacturing sering kali memerlukan perubahan signifikan dalam proses produksi dan desain produk, yang dapat menghadapi resistensi dari pekerja dan manajemen.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Green manufacturing merupakan pendekatan yang menggabungkan prinsip keberlanjutan dalam proses produksi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya produksi dalam jangka panjang. Konsep ini berfokus pada enam faktor utama yang dikenal sebagai 6R: Redesign, Reduce, Re-manufacturing, Reuse, Recover, dan Recycle.

Implementasi green manufacturing dalam industri manufaktur melibatkan berbagai strategi, seperti pemilihan bahan baku ramah lingkungan, efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, optimalisasi proses produksi, pengelolaan limbah, desain produk yang ramah lingkungan, serta peningkatan kesadaran dan pelatihan karyawan. Beberapa perusahaan seperti Toyota, Apple, dan Nestlé telah berhasil menerapkan prinsip-prinsip ini dan menunjukkan manfaat nyata bagi lingkungan dan bisnis mereka.

Namun, penerapan green manufacturing tidaklah mudah. Tantangan utama yang dihadapi antara lain adalah biaya awal yang tinggi, kurangnya kesadaran dan pengetahuan, serta resistensi terhadap perubahan proses dan desain. Meskipun demikian, dengan dukungan dari pemerintah, industri, dan lembaga sertifikasi internasional seperti ISO 14001, perusahaan dapat mengatasi hambatan ini dan mencapai tujuan keberlanjutan.

3.2 Saran

1. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi:
Penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan serta manajemen mengenai manfaat dan pentingnya green manufacturing melalui program pelatihan dan edukasi.

2. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Internasional:
Perusahaan perlu menjalin kerja sama dengan pemerintah dan lembaga internasional untuk mendapatkan dukungan berupa insentif, subsidi, dan panduan implementasi green manufacturing.

3. Investasi dalam Teknologi Ramah Lingkungan:
Perusahaan harus mempertimbangkan investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mencapai keberlanjutan dan efisiensi biaya.

4. Pengembangan Produk Ramah Lingkungan:
Desain produk harus memperhitungkan seluruh siklus hidup produk, dari bahan baku hingga akhir masa pakai, dengan fokus pada penggunaan bahan yang dapat didaur ulang dan mengurangi limbah.

5. Penerapan Prinsip 6R:

Perusahaan harus mengadopsi prinsip 6R (Redesign, Reduce, Remanufacturing, Reuse, Recover, Recycle) secara komprehensif untuk
mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. F., & Akbar, F. (2020). “Implementasi Green Manufacturing pada Industri Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Teknik Industri, 21(2), 105-112.

Harahap, R., & Suryani, T. (2019). “Pengaruh Green Manufacturing terhadap Kinerja Lingkungan dan Ekonomi Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Manajemen dan Bisnis, 18(1), 45-56.

Prasetyo, E. A., & Widjaja, A. (2021). “Studi Implementasi ISO 14001 pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Teknik Lingkungan, 15(3), 123-130.

Saputra, R. A., & Kurniawan, A. (2020). “Strategi Pengelolaan Limbah Industri dalam Kerangka Green Manufacturing.” Jurnal Teknologi dan Industri, 22(4), 255-262.

Wahyudi, S., & Susilo, D. (2018). “Pengembangan Produk Ramah Lingkungan di Industri Manufaktur: Studi Kasus pada PT XYZ.” Jurnal Rekayasa Proses, 14(2), 98-104.

Yuliani, E. S., & Nugroho, H. (2019). “Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan dalam Green Manufacturing di Indonesia.” Jurnal Energi Terbarukan, 12(1), 67-75.