Dalam upaya mewujudkan keseimbangan alam, maka manusia dituntut untuk memiliki kemampuan bertahan hidup dan menjaga alam yang dilakukan secara simultan.  Perusahaan adalah sebuah organisasi yang diciptakan manusia untuk menghasilkan suatu output tertentu dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidup manusia modern. Akan tetapi hal tersebut tidak berbanding lurus dengan menjaga lingkungan alam sekitarnya. Kebanyakan perusahaan seolah-olah tidak peduli kerusakan lingkungan apa saja yang sudah diperbuat dari hasil produksinya. Perusahaan harus berbenah untuk menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang menjadi keberlangsungan hidup bagi setiap makhluk bumi. Salah satu cara untuk menjaga lingkungan alam sekitar bagi industri manufaktur adalah dengan menerapkan sistem Green Manufacturing. Green Manufacturing adalah sebuah metode dalam manufaktur untuk meminimalisir limbah dan polusi melalui desain produk dan proses dengan tujuan utama adalah untuk berkelanjutan (Jannah, B. 2018).

Tujuan utama dari green manufacturing adalah menghasilkan output yang ramah lingkungan dengan melakukan proses produksi yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya alam sehingga dapat menyeimbangkan antara pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan hidup (https://unair.ac.id/peran-green-manufacturing-dalam-sistem-manufaktur/).

Green Manufacturing

Apa itu Green Manufacturing?

Green Manufacturing merupakan suatu proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang relatif rendah, sangat efisien, dan menghasilkan sedikit bahkan tidak ada limbah atau polusi (Mark Atlas dan Richard Florida, 1998). Green manufacturing adalah sebuah metode dalam manufaktur untuk meminimalisir limbah dan polusi melalui desain produk dan proses dengan tujuan utama adalah untuk berkelanjutan (Jannah, B. 2018).

Prinsip Green Manufacturing

Ide Green Manufacturing pada dasarnya adalah proses/sistem yang berdampak minimal pada lingkungan atau tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam semua kegiatan yang dilakukan terutama dalam mengurangi CO2 dan mengurangi polusi dari industri, seperti Kongres Amerika Serikat yang telah mencanangkan untuk mengurangi polusi akibat CO2 sebanyak 83% pada tahun 2050 (Dornfeld, 2013). Green Manufacturing juga menjadi suatu langkah untuk menciptakan tingkat kreativitas jangka panjang di Amerika Serikat.

Menurut sebuah artikel dari majalah Quality, Green Manufacturing saat ini menyumbang pendapatan negara sekitar 26% untuk semua industri ramah lingkungan. Kemudian mampu membuka 35.382 lapangan pekerjaan antara tahun 2003 sampai 2010. Pekerja di industri yang menerapkan sistem Green Manufacturing mendapat upah 13% lebih tinggi dari pekerjaan manufaktur lainnya di AS (https://www.goodwin.edu/enews/what-is-green-manufacturing/).

Salah satu mekanisme yang dapat diikuti oleh sebuah perusahaan dalam implementasi green manufacturing adalah menerapkan standar yang sudah diakui internasional diantaranya ISO 14000. ISO 14000 dan turunannya merupakan panduan yang mendeskripsikan standar evaluasi untuk produk/proses dengan pertimbangan pengelolaan lingkungan yang baik.

Penerapan Green Manufacturing

(Jannah et.al.)dalam laporannya menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Green Manufacturing, yaitu:

  1. Barang/jasa yang diproduksi oleh perusahaan adalah produk yang ramah lingkungan.
  2. Pencegahan dari polusi pada sumber dicapai untuk proses produksi.
  3. Praktik produksi yang lebih bersih diikuti oleh penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.
  4. Penggunaan kembali dan daur ulang bahan yang digunakan.

Green Manufacturing pada industri bisa dilakukan dengan beberapa metode pengukuran dan penilaian kinerja proses produksi perusahaan, yaitu GSCOR (Green Supply Chain Operations Reference) dan LCA (Life Cycle Assessment). GSCOR sendiri merupakan metode peningkatan dari SCOR yang mempertimbangkan aspek lingkungan pada setiap proses manajemen rantai pasok yang menjadikan instrumen penilaian kinerja untuk mendefinisikan setiap proses dalam rantai pasok dan mengelompokkan kinerja masing-masing proses dalam beberapa metrik. Metode Green SCOR diharapkan dapat memberikan keuntungan baik perusahaan maupun lingkungan.

Sedangkan LCA adalah metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan suatu produk atau kegiatan dari tahap produksi hingga penggunaan dan pembuangan. LCA merupakan suatu alat ukur kuantitatif untuk pembangunan ber-kelanjutan. Terdapat 7 prinsip LCA yang mendasar, yaitu persektif daur hidup, fokus lingkungan, pendekatan relatif dan unit fungsional, pendekatan iteratif, trans-paransi, bersifat komprehensif, dan prioritas pendekatan ilmiah.

Faktor Penghambat Green Manufacturing

Faktor penghambat Green Manufacturing (Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mittal & Sangwan; 2014c, 2014d), adalah:

  1. Kurangnya awareness/informasi (terbatasnya awareness terhadap tren ‘green’, akses terbatas pada literatur mengenai Green Manufacturing; kelangkaan informasi yang memadai);
  2. Resiko teknologi (ancaman menerapkan teknologi baru/teknologi yang kompleks; ketakutan timbulnya masalah dari teknologi yang digunakan; masalah kompatibilitas dengan sistem yang ada);
  3. Perundang-undangan yang lemah (tidak adanya undang-undang lingkungan yang lengkap dan hukum yang tidak efektif);
  4. Penegakkan hukum yang rendah; dan ‘trade off’.

Ekonomi Berkelanjutan

Kegiatan ekonomi yang selama ini berkembang pada realitanya berimplikasi pada kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial yang menyertainya. Praktik ekonomi yang seperti itu akan mengancam keberlangsungan hidup manusia dalam jangka panjang. Maka dari itu, aspek berkelanjutan dalam praktik ekonomi menjadi sebuah agenda yang terus digencarkan. Aspek berkelanjutan tersebut ditujukan untuk memperhitungkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan aspek keadilan sosial dan pelestarian lingkungan dalam prosesnya. Prinsip berkelanjutan dalam ekonomi akan memberikan peningkatan keterampilan pekerja dalam mendorong peningkatan daya saing sehingga dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik. Definisi dari ekonomi berkelanjutan sendiri adalah kegiatan ekonomi yang berfokus pada kesejahteraan bersama yang menguntungkan bagi produsen dan konsumen dengan tidak hanya mengejar pada pertumbuhan ekonominya saja melainkan isu pelestarian lingkungan. Ekonomi berkelanjutan bisa dimanifestasikan sebagai ekonomi sirkular yang dimana pada penerapan alur prosesnya melalui berberapa tahapan, yaitu: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Repair (memperbaiki), Remanufacture (memproduksi ulang), Recycle (mendaur ulang), Recovery (memulihkan), dan Residual Waste (sisa limbah).

Alur Ekonomi Sirkular

Green manufacturing berkaitan erat dengan Sustainable manufacturing (SM). Sustainability dapat diperoleh dengan melakukan konsep Green (Dornfeld, 2014; Tseng, dkk., 2013). Sustainable Manufacturing sendiri diartikan sebagai “penciptaan produk yang bernilai ekonomis melalui proses yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, menghemat energi dan sumber daya alam, serta melestarikan sumber daya alam dan energi untuk menjamin ketersediaannya di masa yang akan datang. Proses yang dilakukan juga harus aman bagi karyawan, masyarakat, dan konsumen.” Sustainable Manufacturing merupakan evolusi dari sistem manufaktur mulai dari sistem manufaktur yang tradisional, kemudian lean manufacturing yang fokus pada pengurangan pemborosan (waste reduction based), green manufacturing dengan 3R, hingga akhirnya pada konsep sustainable manufacturing dengan pendekatan 6R pada siklus hidup produk (Gambar 1). Penerapan Sustainable Manufacturing mengarah pada tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagaimana dikemukakan oleh Komisi Dunia tentang Lingkungan dan pembangunan (David A. Dornfeld, 2013) diartikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.”

(a) Evolusi Sustainable Manufacturing. (b) Siklus hidup produk dengan pendekatan (6R (Jaafar dkk. 2007 pada Jayal dkk., 2010)

Implementasi model ekonomi sirkular dapat memberikan banyak pengaruh positif pada lingkungan, seperti:

Pengurangn limbahEkonomi sirkular dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak egative pada lingkungan, seperti polusi udara, tanah, dan air.
Pengurangan emisiDengan mempertahankan sumber daya alam dan memperpanjang umur produk, ekonomi sirkular dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama proses produksi dan konsumsi.
Penghematan sumber dayaEkonomi sirkular dapat membantu menghemat sumber daya alam, seperti air dan energi, dengan cara meminimalkan limbah dan memperpanjang umur produk.
Implementasi model ekonomi sirkular

Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan

Untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan maka diperlukan keberanian dan langkah maju. Sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengenai tujuan dari berkelanjutan adalah pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berkelanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan dan menjamin keadilan serta terlaksananya tata kelola yang menjaga kualitas hidup.   Pada dasarnya, aspek berkelanjutan dalam ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perwujudan kehidupan yang lebih baik dalam jangka panjang. Aspek ini bertujuan untuk mewujudkan setidaknya 17 capaian yakni (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Laut; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Maka dari itu, diperlukan kesadaran dan tindakan bersama dalam mewujudkannya.

Sistem model Green Manufacturing telah lama dikenal oleh dunia industri seiring dengan munculnya isu lingkungan yang memperlihatkan dampak negatif mengenai pencemaran limbah pabrik pada lingkungan sekitar. Ketidakmampuan dunia industri untuk mencegah atau paling tidak menghambat kerusakan sumber daya alam maupun sumber daya manusia membuat munculnya berbagai konsep dan sistem model untuk meminimalisir dampak dari proses produksi industri yang tak terkendali. Salah satu sistem model yang akan terus berkembang dan banyak digunakan adalah Green Manufacturing, dimana pada penerapannya menitikberatkan pada upaya mewujudkan keberlangsungan hidup manusia mengenai lingkungan bersih dan bebas dari pencemaran dalam bentuk cairan, padatan maupun udara. Dari beberapa sumber literatur mengenai Green Manufacturing dan Ekonomi Keberlanjutan, cenderung ke arah positif bahwa sistem model Green Manufacturing sangat berperan untuk mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan. Beberapa industri di Indonesia sudah mencoba untuk melakukan sistem model Green Manufacturing, satu di antaranya yaitu pada industri tahu sari kedelai. Walaupun terdapat beberapa kekurangan dalam proses penerapannya, akan tetapi sudah terlihatprogress baiknya. Oleh sebab itulah penulis menyimpulkan bahwa penerapan sistem Green Manufacturing pada sebuah industri sangat berperan untuk meweujudkan ekonomi yang berkelanjutan.