Tantangan Penelitian

Jurnal Kesehatan AdeHeryana Vol.1 No.11 2021

Dunia riset akan semakin dinamis, salah satunya penelitian yang berkaitan dengan perilaku pekerja atau pimpinan umumnya berada dalam wadah riset Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Hasil studi di bidang ini sudah banyak dihasilkan. Lalu tantangan seperti apa yang harus dihadapi ke depannya?

Rogelberg & Brooks-Laber (2015) dalam bab berjudul “Securing out Collective Future: Challenges Facing Those Designing and Doing Research in Industrial and Organizational Psychology” menyatakan setidaknya ada delapan tantang yang harus dihadapi dalam menjalankan riset PIO, yaitu:

  1. Pengukuran masalah penelitian yang lebih baik. Jika pengukuran dilakukan dengan berbagai kesalahan maka pertanyaan penelitian dan keberlanjuran ilmu tidak dapat diatasi dengan baik. Penggunaan teknologi dapat membantu pengukuran masalah menjadi lebih baik
  2. Mencegah partisipan penelitian menjadi lelah dan tidak berminat kembali. Peneliti harus memotivasi responden atau partisipan serta menciptakan kondisi agar tetap terlinat dalam penelitian.
  3. Berupaya mendapatkan triangulasi. Riset dengan sumber atau metode tunggal (singular) memiliki validitas yang lebih rendah dibandingkan jika dilakukan triangulasi baik dari aspek metode, sumber data, alat ukur dan sebagainya.
  4. Menggunakan metodologi terkini namun dengan tetap menempatkan teori sebagai penentu metode. Metodologi riset terus berkembang dari waktu ke waktu dan sebaiknya peneliti ikut dan terus memantau metodologi terkini. Metodologi terkini sebaiknya diterapkan, namun metodologi tersebut harus tetap mengikuti atau sesuai dengan teori yang dipakai.
  5. Pelaporan hasil terstandar dengan parameter komprehensif. Penyajian hasil dengan nilai p-value sebagai rujukan saja tidak cukup. Peneliti sebaiknya memperhatikan parameter lain seperti gambaran nyata di lapangan, pengaruh besaran sampel, nilai power pasca analisis, dan interval keyakinan (confidence interval).
  6. Meningkatkan kemampuan analisis data, namun jangan sampai kemampuan analisis data menentukan tujuan penelitian dan teori. Seringkali peneliti sangat unggul di bidang analisis data misalnya SEM, analisis faktor dsb. Namun sayangnya keterampilan ini malah membuat tujuan penelitian menjadi kabur, karena peneliti fokus pada analisis data yang diinginkannya. Sehingga meskipun Anda sangat mahir dalam analisis SEM misalnya, belum tentu masalah penelitian yang Anda miliki diselesaikan dengan metode analisis tersebut.
  7. Mengintegrasikan dengan hasil penelitian di bidang ilmu lain. Sebuah pepatah mengatakan ilmu pengetahuan akan mati jika tidak bersilaturahmi dengan ilmu lainnya. Hasil penelitian pada bidang ilmu tertentu sebaiknya diintegrasikan dengan penelitian bidang lainnya sehingga akan memperkaya khazanah diskusi dan penerapannya.
  8. Mengedepankan nilai-nilai. Riset tidak akan memiliki manfaat banyak bagi kepentingan praktis dan akademis jika tidak menjunjung tinggi nilai-nilai yang dianut dalam penelitian. Misalnya: kejujuran dan obyektivitas data, tidak melakukan plagiarisme, menghormati hak partisipan dengan tidak melakukan pemaksaan dan lain-lain. Bahkan penelitian harus memberikan kemanfaatan pada responden yang terlibat.

Sumber: Rogelberg, S. G., & M. E. Brooks-Laber (2005). Securing our Collective Future: Challenges Facing Those Designing and Doing Research
in Industrial and Organizational Psychology, in Steven G. Rogelberg (ed), Handbook of Research Methods in Industrial and Organizational Psychology, Chapter 23, Blackwell Publishing.

“Memasarkan” Proposal Skripsi?

Jurnal Kesehatan AdeHeryana Vol.1 No.7 2021

Mempresentasikan proposal skripsi di depan para penguji ibarat seseorang yang sedang melamar pekerjaan. Inti dari proposal skripsi adalah kalian menawarkan suatu kegiatan dan berusaha agar kegiatan tersebut menarik perhatian penguji bahkan meluluskan proposal tersebut.

Kalau begitu samakah dengan menjual produk/jasa? Bisa dibilang hampir mirip. Anggaplah dosen pembimbing (dosbing) adalah konsumen yang akan kalian sasar, lalu dosen penguji adalah orang di sekitar konsumen yang mempengaruhi atau memantapkan pilihannya untuk menyetujui proposal kalian. Jadi keputusan final dosbing untuk menyetujui proposal kalian bukan saat bimbingan di meja, tetapi saat presentasi. Jika dosen membela kalian di saat presentasi, itu menunjukkan kalian berhasil “memasarkan” proposal skripsi.

Dalam ilmu pemasaran, keputusan konsumen untuk membeli barang melalui tahapan berikut: tahap-1 adanya kebutuhan konsumen akan suatu produk/jasa untuk memenuhi kepuasannya (need); tahap-2, adanya keinginan konsumen untuk memenuhi salah satu kepuasan (want); dan tahap-3 adanya permintaan dari konsumen akan produk/jasa yang didukung dengan keinginan dan kemampuannya untuk membeli (demand). Proses kalian mengajukan proposal skripsi kepada dosbing tahapannya bisa seperti di atas.

Tahap-1 need. Pada dasarnya dosbing membutuhkan (need) pengembangan karir dalam bidang penelitian. Penelitian yang dilakukan mahasiswa (melalui skripsi) bisa menjadi salah satu pendukung kebutuhan ini. Nah, kalo gini apa strateginya? Mahasiswa harus paham kepakaran dosen pembimbingnya. Caranya? gampang aja. Buka Google Scholar, lalu ketik nama dosbing kalian. Perhatikan judul penelitian yang sudah dilakukan dosbing, dan kalian bisa menyimpulkan topik apa yang cocok dan diminati. Apakah cuma google scholar? tidak juga. Kalian bisa cari kinerja dosen di blog pribadinya, atau website Sinta. Dari sini satu poin sudah kita dapat. Lalu apakah tanda-tanda kalian sudah dapat menyentuh need dosbing? Ketika dosbing menyetujui topik yang diambil, kalian telah bisa menyentuh kebutuhannya. Perlu diingat, topik beda dengan judul skripsi. Judul lebih spesifik dibanding topik. Misalnya: topiknya pembiayaan kesehatan, judulnya bisa “dampak asuransi kesehatan terhadap kesehatan lanjut usia”.

Tahap-2 want. Pada tahap ini dosbing ingin (want) agar topik yang sudah kalian pilih dan disetujui olehnya menjadi proposal penelitian yang lebih baik. Saran saya pada tahap ini jangan kasih kendor. Terus lakukan pendekatan dan secara intens melakukan konsultasi. Ingat, dosbing bukan cuma membimbing 1 mahasiswa tetapi bisa 5-10. Jangan sampai ada mahasiswa lain yang menyodorkan topik yang mirip dan lebih menarik. Dan ingat, di sini kalian ibarat pemasar/penjual yang berupaya menarik perhatian dosbing. Disamping itu perdalam kembali keilmuan yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi, baik dari sisi metodologi penelitian maupun substansi topik penelitian.

Tahap-3 demand. Nah pada tahap ini cukup menentukan keberhasilan kalian dalam penyusunan skripsi. Jika tahap 1 & 2 sudah kalian lewati dengan sangat baik, maka kalian akan mendapatkan peluang emas yaitu dosbing menyatakan ingin terlibat dalam proposal penelitian yang kalian buat. Kalau sudah begini, dosbing akan mendukung proposal kalian 100%, sehingga saat sidang dia akan mati-matian membela agar proposal skripsi supaya lolos.

Tidak ada yang sulit jika kita berusaha. Sebenarnya siapa yang mengatakan ke otak kita bahwa menyusun skripsi itu sulit, sehingga tangan kita malas membuka laptop? Teman? Kakak angkatan? Bukan mereka!!! Tetapi sebenarnya diri kalian sendiri yang “menempatkan” skripsi sebagai benda yang mengerikan. Makanya muncul istilah “Skripshit” (buat yang merasa sulit), dan “skripsweet” (buat yang merasa gampang).

Mengerjakan skripsi melatih kita untuk melewati sebuah proses secara bertahap, satu per satu, dan tidak instan. Dan mental seperti itulah yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Semoga lancar skripsinya.